18

36.8K 1.1K 59
                                    

Lina hanya mengamati gerak gerik dari kakak dan kakak iparnya sendiri. Mereka makan dengan tenang tanpa suara.

Bahkan yang Lina dengar hanya dentingan suara sendok dan garpu.

"Kakak sama Abang kenapa si? Lina ga suka diem kaya gini." ujarnya yang membuat lenta dan Reyhan saling pandang.

Reyhan melihat tatapan lenta yang sendu.

Lenta langsung membuang wajahnya.

"Makan tuh diem,mau ngomong kaya gimana?" tanya lenta dengan nada tinggi.

Lina yang mendengar cemberut sebal. Menatap kakaknya yang sudah menatap dalam dalam.

"Abang liat,kakak nyebelin!" ucapnya pada Reyhan. Reyhan sendiri bingung harus menanggapi seperti apa.

"Lina makan aja ya? Habisin." jawab Reyhan yang membuat Lina kesal.

Lenta sendiri menghela nafasnya. Nafsu makannya seketika hilang.

Lenta bangkit dari duduknya sambil mengambil tas Sling bag nya yang ia letakkan di atas meja makan.

Lina dan Reyhan saling tatap. Kemudian Reyhan mencoba memegang tangan lenta saat lenta hendak melangkah kan kakinya.

"Kamu mau kemana? Masih jam tengah 9. Sarapan kamu juga belum habis." ucap Reyhan.

Lenta membuang wajahnya dan menarik tangannya lalu melangkah pergi.

Ia sudah ada janji dengan Dinda,pasalnya Dinda menyuruh nya untuk ke cafe tempat mereka ngumpul.

Lina yang melihat hanya diam,ia tidak berani ikut campur urusan kakak dan kakak iparnya.

Reyhan menoleh ke arah Lina yang sedang menatapnya.

"Makan ya,Abang ke atas dulu." ujarnya yang membuat Lina memilih mengangguk kan kepalanya sebagai jawaban.

Lina menunduk sedih. Entah apa yang terjadi pada kakak dan kakak iparnya,yang jelas Lina tidak suka situasi seperti ini.

Rasanya Lina ingin ikut dengan orang tuanya,ia tidak suka suasana sunyi seperti di rumah milik kakaknya.

🌸🌸🌸

Lenta membawa mobil sendiri ke cafe tempat ia dan Dinda berjanjian. Mang Ujang tadi sudah menawarkan agar diantarkan,namun lenta menolak. Katanya agar mang Ujang tidak menunggu lama. Karena lenta dan Dinda juga akan pergi ke mall.

"Lo udah sampe mana? Gue nungguin kaya lumut." protes Dinda saat lenta mengangkat telfonnya.

"Santai mbak. Gue otw rumah Lo." jawab lenta

"Pala lo sante. Dari tadi otw mulu. Lo otw dari Jepang?"

Lenta hanya terkekeh. Sahabat SMA nya yang satu ini memang mudah sensi semenjak dirinya dijodohkan oleh orang tuanya.

Lenta sendiri pun sedikit terkejut ketika mengetahui jika Dinda dijodohkan oleh orang tuanya.

Memang,laki laki yang dijodohkan dengan Dinda adalah laki laki mapan. Bahakan laki laki itu adalah dokter jantung dan pemilik salah satu rumah sakit di Jakarta.

Hebat bukan? Harusnya Dinda mau mau saja karena hidupnya pasti terjamin.

Namun,bodohnya sahabatnya ini. Dinda menolak perjodohannya dengan alasan tidak cinta.

Memang,dijodohkan itu tidak enak. Namun apa salahnya mencoba untuk terbiasa dan menerima? Bukankah cinta ada karena terbiasa?

"Lo pms? Ngegas mulu." gerutu lenta

"Keburu cowok tulen itu kerumah tai. Ogah gue pergi bareng dia!"

"Ganteng gitu Lo sia sia in."

"Bacot."

Lenta tertawa.

"Buruan! Gue pegel nunggu depan pager."

"Bentar lagi sampe."

"Cepet!"

"Yaaa"

Lenta mematikan sambungan telfonnya. Meletakkannya ke kursi kosong disebelahnya.

Lenta membuang nafasnya kasar. Setidaknya dengan pergi seperti sekarang,otak dan hatinya bisa tenang.

Pikirannya selalu terngiang ngiang pada ucapan Reyhan semalam.

Bahkan lenta masih merasakan sakit. Hatinya hancur,tidak seberapa perlakuan Reyhan. Namun tetap saja bukan Reyhan menyakiti dirinya.









Revisi-

REY-TA 2 (MARRIED) - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang