23. Bawa Perasaan

120 17 1
                                    

Selamat malam👋

Lagi pada ngapain nih?
Apa kabar?

Makasi udah baca change with you sejauh ini 😭❤

Author banyak basa basi ya? Hhe:v

Yaudahhh langsung baca ajaa yaaa

Selamat membaca readers kuuuhhh💙

Semoga suka><

Sela serasa menjadi orang paling bahagia di dunia ini, sudah seminggu berturut-turut di latih kembaran Lin Yi, sekarang bisa makan bareng.

Keluarga kecil Nai dan dua tamu tak diundang, menikmati makan tanpa suara, hanya ada dentingan sendok dan garpu.

Selesai makan mereka berbincang sebentar di ruang tamu, kecuali Nai dan Sela yang sudah masuk kamar sejak selesai makan.

"Umi senang dengar kamu mualaf, terus orang tua kamu bagaimana menyikapi keputusan kamu?" tanya Umi Nai dengan senyum tipis.

"Ayah Farhan sudah enggak ada. Kalau Ibu, awalnya Ibu enggak setuju dan hampir mau usir Farhan, tapi Farhan sedikit demi sedikit beri ibu pengertian, Ibu kayaknya mulai yakin dengan perkataan Farhan. Tapi Farhan enggak yakin Ibu akan pindah keyakinan dalam waktu dekat, karena Farhan pun dulu sangat sulit dan banyak berpikir." Farhan menjelaskan.

"Tapi, sudah diberi izin untuk Farhan mualaf pun Farhan senang, apalagi kalau Ibu ikut mualaf." lanjut Farhan.

Sela yang kebetulan hendak ke dapur, tidak sengaja mendengar perkataan Farhan, sekarang Sela tahu kenapa Farhan mengganti nama.

"Kak Farhan mualaf? Maa syaa Allah." Sela sangat bersyukur mendengar itu, kalau seandainya Farhan tidak mualaf mungkin Sela tidak akan bisa berharap untuk bersama Farhan.

Sela berlari menuju kamar Nai, tujuan awalnya mengambil air di lupakan begitu saja.

"Nai aku punya berita yang wajib kamu tahu, kamu pasti penasaran dan kamu nyesel kalo enggak tahu ini!" Sela heboh sendiri mengguncang tubuh Nai.

"Apa?" jawab Nai malas, mengingat setiap Sela bicara begitu pasti beritanya biasa saja.

"Tahu enggak kenapa Kak Farhan ganti nama?"

"Nah kan, tidak penting." batin Nai.

"Ih, jawab Nai!"

"Enggak mungkin aku tahu,"

"Nah gitu dong jawab, ternyata ya Nai kak Farhan itu mualaf. Kak Farhan ganti nama karena Kak Farhan ganti keyakinan, nah yang sedih itu ternyata Ayah kak Farhan udah meninggal. Kalau Ibu kak Farhan belum mualaf, katanya masih ragu-ragu." Cerocos Sela menjelaskan.

"Terus?" tanya Nai, benar-benar respon yang tidak di harapkan.

Sela menghela napas, "Nai, aku cerita panjang gitu, kaget kek, gimana kek, kamu enggak merasa berita ini penting hah?"

"Apa pentingnya?"

"Dia pelatih kita loh, dan dia mualaf, dan dia udah enggak punya Ayah, dan-"

"Kak Farhan bagi kita hanya pembimbing, kehidupan pribadinya enggak penting." Potong Nai, kemudian mengambil beberapa baju di lemarinya.

"Mau nginep?" tanya Nai, menatap Sela yang masih kesal karena jawaban Nai.

"Enggak, aku pulang sekarang, aku pamit ya, dah." Sela pamit kemudian keluar kamar.

Sela tiba di gerbang, ternyata Farhan masih berada disitu.

"Sela, mau pulang bareng?" tawar Farhan, jangan lupakan senyum manisnya, Farhan tak pernah melewatkan kebiasaanya tersenyum ramah pada setiap orang.

Change With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang