43. Kebahagiaan Kecil

88 13 0
                                    

Part ini seneng-seneng duluuuu

Bentar lagi end nih:(

Semoga suka ya, selamat membacaaaa ❤

________________________________

"Maaf telat dikit." sosok itu duduk di hadapan Vir.

"Enggak kok." Vir menjawab sambil tersenyum tulus.

"Jadi kenapa tiba-tiba mau ketemu saya?" tanya lelaki di hadapan Vir.

Vir berdehem pelan kemudian membenarkan posisi duduknya, Vir mengusap tengkuknya pelan, dia bener-bener gugup.

"Kamu teman Nailah kan? Jadi, kenapa mau ketemu saya?"

"Iya kak perkenalkan saya Virendra." Vir mengulurkan tangan, diterima baik oleh Adam.

"Jadi, kenapa mau ketemu saya?" ketiga kalinya Adam menanyakan hal serupa.

Vir menelan ludah, dan melipat bibirnya. Kenapa Adam begitu mendesak?

"Oh ya darimana tahu sosial media saya?"

Adam mengganti pertanyaannya, setelah ingat tiba-tiba kemarin ada pesan masuk di akun instagramnya. Mengaku sebagai teman Nailah dan ada kepentingan mendesak.

"Hm..." Vir masih belum menjawab satu pun pertanyaan Adam.

"Kamu ini kenapa?" Adam menatap sinis kearah Vir.

"Kak, mau pesan dulu?" Vir malah balik bertanya.

***

Bugh!

Kepalan tangan Ali tepat mengenai rahang seorang lelaki, yang beberapa menit lalu tertangkap basah hendak mencuri dompet Ali.

"Kerja hei kerja, bukan gini kalau mau dapet duit!" ucap Ali setelah puas memukuli si copet.

Ali mengelap peluh yang bercucur di keningnya, kemudian berjalan menjauhi copet yang tengah meringis kesakitan.

"Bentar!" seru seseorang.

Ali menoleh, mencari siapa yang baru saja menarik bahunya.

"Ya?" tanya Ali setelah mundur satu langkah.

"Ali kan?" tanya lelaki yang baru menghentikan langkah Ali itu.

"Iya, kenapa?" Ali menatap bingung pada lawan bicaranya.

"Gue ada perlu ngomong sesuatu, boleh kita ngobrol?" tanya lelaki itu.

"Lo siapa?" Ali memperhatikan penampilan lelaki itu, celana jeans dan jaket kulit hitam.

"Nanti gue bilang, sekarang cari tempat buat ngobrol gimana?" tanya lelaki itu.

"Lo siapa?" Ali menanyakan hal itu lagi.

"Lo ikut dulu nanti juga tahu." lelaki itu tersenyum tipis.

"Lo gak jahat kan?" selidik Ali.

"Ahh gue tersinggung, wajah imut gue ini apa pantes jadi jahat?" lelaki dengan alis tebal itu tertawa kecil.

"Lo siapa dan ada perlu apa?" Ali masih dengan raut wajah datarnya.

"Kita bahas disana, gak enak ngobrol di trotoar," ucapnya sambil menunjuk cafe.

Ali masih diam.

"Ini ada kaitannya sama sahabat lo," ucap lelaki itu, berusaha mencari cara agar Ali menurut.

"Siapa?" Ali masih di posisinya.

"Nah itu nanti kita bahas, gue bukan orang jahat Li. Harusnya lo gak asing sama wajah gue, lo beneran gak kenal?" lelaki itu menepuk kedua pipinya pelan.

Change With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang