38. Bertemu Teman Lama

107 14 7
                                    

Hai lama gak up, akhirnya up lagi><

Tanpa basa basi, yok langsung bacaa❤

Semoga suka dan selamat membaca 🤗

_________________________________

Papa Vir seketika tersedak, mendengar pertanyaan putra semata wayangnya itu.

"Kamu ini pengin cepat nikah?" selidik Papa Vir.

Vir tersenyum kaku dan menjawab, "Eh bercanda Pa." Vir melanjutkan makan.

"Ini hanya reuni biasa Vir, sama teman Papa. Lagian kamu sama Dina bukannya satu kelas? Harusnya ini jadi reuni untuk kalian juga," papar Papa Vir.

"Iya Pa, Vir bercanda. Tapi Vir sempet pikir emang mau di jodohin, soalnya cuma ada kita sama Dina dan orang tuanya," Vir tersenyum kecil.

Ayah Dina tersenyum lebar, menatap Vir, anak sahabatnya itu.

"Kalau mau betulan di jodohkan pun, boleh Vir," ucapnya, membuat air di mulut Vir berhambur keluar.

"Eh maaf om, kaget," tutur Vir, sambil mengelap tangan Ayah Dina yang terkena semburan dari mulutnya.

Ayah Dina hanya tertawa sambil menggeleng. Beruntung, orangnya ramah dan pemaaf.

Vir yang sudah kekenyangan pergi keluar cafe, hendak menunggu di parkiran.

Vir menyalakan ponselnya, memakai airpods dan memainkan game online.

Tiba-tiba, satu tangan mengulur kearahnya memberikan sebungkus peremen karet.

Vir menerimanya, dan mengucap terima kasih. Itu Dina, cewek yang pernah menyukai Vir bahkan beberapa kali mencoba mendekati Vir.

"Lo apa kabar?" tanya Dina, ia membuka bungkus permen karet milikya.

"Baik, lo?" Vir masih menatap lekat ponselnya.

"Lumayan baik," sahut Dina.

Hening sekejap.

"Gue denger lo satu universitas sama Nai, gimana hubungan kalian?" Dina bertanya lagi.

Vir diam sebentar, tidak langsung menjawab. Hubungan apa memangnya? Pertemanan?

"Biasa aja, kita sibuk masing-masing. Kalau memang ada keperluan, kita bicara secukupnya. Gue gak lagi ngejar dia, gue fokus belajar dan rawat Papa." Vir menjelaskan, di jawab anggukan oleh Dina.

"Secepat itu bisa lupain Nailah?" lagi-lagi Dina bertanya tentang Nai.

"Hm, entahlah. Cuma, sekarang gue mikir mungkin waktu itu, perasaan gue cuma perasaan suka layaknya seorang remaja. Tapi, sampai saat ini gue belum nemu sosok yang gue suka atau kagum." Vir menarik napas panjang.

"Wah." Dina berdecak kagum, teman kecilnya ini sudah besar ternyata.

"Lo sendiri gimana?" Vir bertanya balik.

"Masih suka sama gue?" lanjut Vir dengan santainya.

Dina mendelik kearah Vir.

"Dih, perasaan gue waktu itu cuma suka layaknya seorang remaja. Lagian, kita temenan dari kecil, wajar tiba-tiba ngerasa agak suka," jawab Dina cepat.

Vir terkekeh.

"Terus, lo gimana sekarang?" Vir bertanya lagi.

"Gimana apanya?" Dina bertanya balik.

"Ya, lagi suka sama orang, lagi menjalin hubungan, atau lagi fokus belajar?" Dina agak aneh dengan sikap Vir.

Semenjak kelas 10, saat Dina bilang suka pada Vir hubungan pertemanan mereka agak renggang. Pertama kalinya, Vir bicara cukup banyak padanya.

Change With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang