25. Jangan buru-buru, Sel

102 18 0
                                    

Hai, part 25 nih

Yuk baca sekarang

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote atau komen yak!

SELAMAT MEMBACA!
MARI KITA BACA! 🤗

***

"Kenapa bisa terlambat Sela?" tanya Ibu Sela dengan raut cemas, sedari tadi anak sulungnya sulit dihubungi.

"Maaf enggak ngabarin, handphone Sela sama Kak Farhan mati. Tadi sempet mogok juga mobilnya, tapi Sela enggak apa-apa kok." Sela tersenyum lebar, mencoba meyakinkan orang tuanya bahwa Sela baik-baik saja.

"Badan kamu gimana Sel?" Nai berdiri dari kursi, ikut menghampiri Sela.

"Baik." jawab Sela dingin, kemudian Sela pamit untuk segera masuk karena lelah.

"Ya sudah, Nai sudah boleh pulang, jangan khawatir lagi Sela kan sudah pulang dengan selamat," Ibu Sela mengelus pelan pundak Nai.

"Nai pamit ya tante, assalamualaikum," Nai mengecup punggung tangan Ibu Sela.

Farhan pun ikut salam, sejak tadi ia menonton obrolan orang-orang di depannya.

Saat sampai gerbang, Farhan mempercepat langkah dan sengaja berdiri di depan Nai.

"Kita bisa pulang bareng. Ini udah malem bahaya pulang sendiri," Farhan menatap Nai lamat-lamat.

Nai tetap fokus pada ponselnya, atau lebih tepatnya sok fokus. Nai hanya bolak balik galeri, membuka aplikasi dengan asal, hanya agar tidak perlu menatap Farhan.

"Lagi hubungin Adam?" Farhan bertanya lagi.

"Bisa kasih Nai jalan? Nai mau lewat," jawab Nai, tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel.

"Iya biar aku yang anter, mau?" Farhan terus bertanya hal yang sama. Nai jadi ingat kejadian waktu itu, saat ia ditawari tumpangan oleh Vir pada tengah malam.

Nai jadi membayangkan, Abi akan memukul Farhan karena berani membawa Nai.  Ah jangan sampai kejadian Vir, terulang oleh Farhan.

"Rumah Nai kan dari sini deket banget kak, lagian banyak hansip juga yang jaga-jaga di komplek," intonasi ucapan Nai terdengar kesal, Farhan pun menyerah.

"Hm, next time aja deh." Farhan bergeser dari hadapan Nai, memberi jalan.

Kemudian segera memasuki mobil, ingin mengejar langkah Nai, mengikuti dari belakang. Hanya untuk memastikan Nai pulang selamat.

***
Kembali ke sekolah, Nai tidak sabar segera bertemu Sela. Sejak olimpiade kemarin, Sela sulit ditemui. Terlihat menghindar.

Sampai di depan kelas, Nai menatap fokus setiap sudut kelas, tidak ada Sela. Mungkin, ada di kantin.

Nai segera putar balik, menuju kantin.

"Pagi Nai!" seru Vir, yang baru datang hendak masuk ke kelas.

"Mau kemana?" Nai tetap melanjutkan langkah, tanpa menjawab sedikit pun.

"Chat aku enggak kamu baca, aku bilang langsung deh. Selamat ya, bisa jadi pemenang olimpiade kemarin!" Vir setengah berteriak, sambil menatap punggung Nai yang semakin mengecil.

Benar, Sela ada di kantin. Berangkat sepagi ini, dapat dipastikan Sela belum sarapan. Sela tengah asyik dengan semangkuk bubur dan teh hangat.

"Kemana aja sih?" sapa Nai ceria, dan tanpa beban menarik teh hangat Sela dan meminumnya sampai sisa setengah.

Sela hanya menatap Nai sebentar, lantas kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Kenapa sih?" Nai tahu ini ada sesuatu, secerewet Sela tidak mungkin tiba-tiba jadi pendiam begini.

Change With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang