Part 41!
Langkah serius apa yang dimaksud ya?
Lagsung baca ajaaaa
Selamat membaca dan semoga sukaaa💙
___________________________________
Nai terus berguling-guling kesana kemari diatas kasur. Ini adalah tahun terakhir masa kuliahnya, Nai telah menghadapi masa tersulitnya, menyusun skripsi. Begitu juga dengan Sela dan Vir, mereka bertiga mengumpulkan dalam waktu berdekatan.
"Bosen banget gak ada Kak Adam," gumam Nai dengan wajah cemberut. Hari ini sudah hampir satu tahun pernikahan Adam, tetapi Nai masih belum terbiasa karena kesepian ini.
"Nai?" terdengar suara dari pintu kamar.
"Iya Umi masuk aja!" Nai bangkit duduk.
Umi Nai tersenyum hangat, kemudian memberi Nai segelas susu.
"Makasih Umi." Nai menerima susu itu dengan senang hati, dan segera meneguknya.
Ketika Abi atau Umi tiba-tiba masuk ke kamarnya selain untuk mengajak makan, atau menyuruh bangun atau menyuruh mandi, berarti ada yang ingin di bicarakan.
"Ada apa Umi?" Nai yang sudah hafal kebiasaan Umi segera bertanya.
"Kamu sudah ada rencana setelah lulus?" tanya Umi Nai sambil menerima gelas kosong dari putrinya.
"Nai... Hm..." Nai terdiam beberapa saat, terlihat berpikir.
"Abi udah siap masukin Nai ke perusahaannya, Nai kayaknya terima tawaran Abi," Nai menjawab tegas.
"Kalau soal nikah muda?" tanya Umi Nai diiringi tawa kecil.Nai ikut tersenyum, kemudian berdehem panjang.
"Nai kan perempuan, Nai tunggu yang mau aja." Nai tersenyum malu.
"Siapa sih yang enggak mau? Rumah kita pernah kedatangan yang serius loh." goda Umi Nai.
Nai mengulum bibir bawahnya, menahan untuk tidak tersenyum. Mengingat kejadian sekitar tujuh bulan lalu, ketika seniornya datang dengan maksud serius. Nai tentu terkejut bukan main, karena bahkan Nai sama sekali tidak mengenal si pria.
Beberapa hari kemudian Nai menolak halus, karena dalam beberapa kesempatan bertemu dalam rangka taaruf Nai menemukan ketidakcocokan. Salah satunya lelaki itu terlalu banyak menuntut.
"Nai emang mau nikah muda, tapi bukan berarti Nai buru-buru juga pilih pasangannya Mi," Nai mengerucutkan bibir.
"Umi akan hargai keputusan Nai, tapi Nai juga harus menghargai pendapat Umi ya?" Nai mengangguk mantap sebagai jawaban.
"Kira-kira ada yang bikin Nai yakin?" tanya Umi Nai lagi.
"Sebenernya seminggu yang lalu, ada temen satu fakultas Nai. Dia bilang mau kenalan, mungkin maksudnya taaruf ya? Nai rencananya mau ketemu ditemenin Kak Adam, tapi Nai bingung jawab apa akhirnya chat dia cuma Nai lihat," papar Nai.
"Gimana menurut Umi?" tanya Nai pelan.
"Kalau satu fakultas sedikitnya Nai tahu kan tentang dia? Kalau Nai mau atur jadwal pertemuan kalian, nanti Umi kabari Kak Adam." jawab Umi Nai tenang.
"Hm, tapi Nai gak akan buru-buru Mi. Nai juga gak janji kita bakal langsung cocok," Nai terlihat bingung, terlihat dari wajahnya.
"Umi juga gak maksa buat buru-buru kok," Umi Nai mengusap kepala Nai penuh sayang.
Keduanya terus mengobrol ringan sampai tiga puluh menit kedepan.
***
Lima hari kemudian setelah percakapan dengan Uminya, Nai memutuskan untuk menemui lelaki yang mengatakan ingin mengenalnya waktu itu.
Ditemani Adam di Caffe Young, Nai terlihat gelisah. Dia tidak mau diam ditempat duduknya.
"Kamu kenapa sih?" tanya Adam sambil tertawa kecil.
"Enggak, emang kelihatannya kenapa?" Nai bertanya balik.
"Jangan gugup," ucap Adam sambil mengusap puncak kepala adiknya.
Pertemuan singkat itu berlangsung lancar, tidak lama hanya sekitar satu jam. Sejauh ini Nai merasa baik-baik saja. Aldi, sosok lelaki yang tanpa Nai ketahui ternyata menyukai Nai sejak lama. Atau mungkin Nai yang tidak peka.
"Maaf ya Al, saya ada sedikit urusan. Kita atur pertemuan kita selanjutnya ya?" ucap Adam sebagai penutup. Aldi mengangguk sopan dan membiarkan Adam dan Nai pergi.
Aldi menghembuskan napas kasar, akhirnya ia bisa bernapas dengan normal. Sedari tadi ia terlalu gugup, sampai seakan oksigen di sekitarnya begitu sedikit.
"Semoga semuanya lancar, butuh waktu lama buat semua ini." Senyuman tak kunjung hilang dari bibir Aldi, tak menyangka wanita yang ia idamkan selama ini menerima ajakan bertemunya.
"Pasti gak sedikit yang mau sama dia, aku harus ngambil langkah cepat," gumamnya pelan.
***
"Udah lamaran?" tanya Sela heboh, setelah mendengar cerita Nai yang menemui Aldi.
"Baru kenalan Sela!" jawab Nai kesal.
"Wah, tapi cocok sih kalian. Aldi kelihatannya baik, aku gak pernah liat dia deket cewek manapun di kampus, kayaknya emang sejak lama mau sama kamu," ucap Sela dengan tatapan jahil.
"Do'ain aja semoga semuanya lancar," Nai tersenyum tipis.
"Teman cuekku udah mau nikah aja, awas aja nanti si Aldi dicuekin harus sering disenyumin pokoknya!" Sela menunjuk wajah Nai.
Nai hanya tertawa mendengarnya.
***
Vir menatap ponselnya kesal, lagi-lagi ada nomor yang menggangunya. Meskipun berbeda karena Vir selalu memblokir, tapi suara pada telfon adalah suara yang sama.
"Kurang kerjaan banget, apa gue ganti nomor ya?" selama ini Vir tidak mengganti nomornya, karena dia pikir teror sms dan telfon itu akan berakhir sendirinya.
"Vir makan di cafe lo yuk?" itu suara Kiki, lagi-lagi datang tiba-tiba dan mengagetkan Vir.
"Bentar gue mau balikin buku." Vir segera meninggalkan Kiki dan menuju perpustakaan.
Sepuluh menit menunggu, akhirnya Vir menghampiri Kiki di parkiran.
Vir tidak langsung menaiki motornya, matanya menatap kearah lelaki diujung parkiran. Itu lelaki yang Vir temui beberapa waktu lalu di minimarket.
Vir baru pertama kali melihatnya di kampus.Tapi yang mengusik pikiran Vir, wajah dia tidak asing. Wajahnya seperti pernah Vir lihat beberapa kali.
"Liat apa, gue udah lapar?" Kiki sudah berada disamping Vir.
Vir menoleh kesal, kenapa senang sekali datang tiba-tiba?
"Gak ada." Vir segera menaiki motornya.
Ting
Satu pesan masuk ke ponsel Vir.
"Selamat hidup lo masih tenang, tapi gak akan lama lagi!"
____________________________________
Penasaran siapa pengirim pesan?
Tunggu part selanjutnya!
Sampai ketemu di part selanjutnya 👋
Votenya yeorobun tong hilap!
KAMU SEDANG MEMBACA
Change With You
Teen FictionKetika Athira Nailah, si alim, si cuek, sesekali susah peka, diusik oleh murid baru Virendra Akhtar. Ambisius, dan tidak suka dengan hal-hal tidak penting. kalimat itu sangat menggambarkan sosok Athira Nailah, si wakil ketua rohis cantik, yang terk...