37. Kesadaran Diri

86 15 4
                                    

Hai kembali lagi dengan cerita change with you 😍

Apa kabar kalian?

Langsung baca aja ya!

Selamat membaca dan semoga sukaa❤

Mari kita baca!

____________________________________

"Papa kenapa?" tanya Vir, dia sudah di samping Papanya sejak lima belas menit yang lalu.

"Biasalah, asam urat," jawab Papa Vir dengan parau.

"Jaga makannya Pa!" ucap Vir.

Papanya hanya tersenyum, lama sekali anaknya ini tidak memberi perhatian seperti ini. Lama sekali, ia tidak di khawatirkan seperti ini.

"Malah senyum," gerutu Vir.

"Papa seneng aja, kamu jadi anak baik." Papa Vir sedikit bangkit dari tidurnya.

"Aku gak baik Pa, aku nakal, aku beban, aku-"

"Vir, kamu gak gitu. Kamu itu anak baik, kamu itu kebanggaan. Kamu anak Papa yang terbaik," potong Papa Vir.

"Karena cuma Vir anak Papa, makanya terbaik," celoteh Vir. Mambuat Papanya tersenyum tipis.

"Vir, Papa tahu Papa bukan orang baik. Tapi Papa minta, kamu jadi anak sholeh, jadi anak baik. Papa mau, ketika Papa udah gak ada, ada anak Papa yang setia do'ain Papa." Papa Vir menyunggingkan senyum.

"I-Iya Pa, Vir usahakan." Vir ikut tersenyum.

"Tapi, alangkah lebih baik kamu berubah atas kemauan kamu. Jangan jadikan Papa alasan, atau siapa pun itu," ucap Papa Vir tegas.

Vir diam dan mengangguk. Jarang sekali, Papanya memberi nasihat cukup panjang begini.
"Pa, jangan kemana-mana dulu. Vir, masih belum jadi apa-apa. Vir, gak punya siapa-siapa selain Papa," tutur Vir sambil menunduk.

"Iya, Papa juga maunya terus ada. Tapi, siapa yang bisa lawan takdir?"

Vir tertegun, perkataan Papanya kenapa terdengar mengkhawatirkan?

Vir menyandarkan kepalanya ke atas kasur, Papanya mengelus puncak kepalanya lembut.

"Cepet nikah juga, Papa mau lihat kamu nikah," bisik Papa Vir.

Vir seketika bangkit, dengan wajah cemberut.

"Vir masih kecil," ucap Vir, dengan suara yang sengaja di miripkan anak kecil.

***

Pukul tiga dini hari, Vir terjaga dari tidurnya.

Vir termenung, kata-kata Papanya tentang penyakitnya, dan tentang dirinya. Semua terngiang di kepalanya.

Semakin lama Vir jadi teringat Ali, juga Abah.

"Kok tumben gue kebangun jam segini?" gumam Vir, matanya belum sepenuhnya terbuka.

"Apa disuruh tahajud ya?" lanjutnya. Lalu bangkit duduk, memasuki kamar mandi dan mengambil air wudhu.

Vir pun sholat sebelas rakaat. Lalu berdo'a, lama sekali, entah apa saja yang Vir adukan pada yang Maha Pendengar itu.

Vir sampai menitikan air mata, bahunya sedikit terguncang.

Sepuluh menit, Vir kembali ke kasur.

"Gue sadar, alasan gue berubah itu terlalu rendah kalau sekadar buat dapetin cewek. Berdosa banget gue," ucap Vir lirih.

"Vir akan jadi anak baik Pa, bukan untuk Papa, bukan untuk siapa pun. Tapi karena ketaatan Vir."

Mata Vir kembali berkaca.

Change With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang