34. Memaafkan

88 11 0
                                    

Hai kembali lagi dengan cerita change with you ❤

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote atau komen ya🙆

Semoga sukaaa, dan selamat membaca❤

_______________________________

Vir menatap kesal kearah kamarnya. Komputer, AC, televisi, dan beberapa fasilitas lainnya menghilang.

"Apa maksudnya?" tanya Vir dengan heboh.

"Mau Papa rubah, jadi ruang kerja. Kamar kamu, pindah ke dekat kamar Papa." Papa Vir menjelaskan.

"AC, kenapa dilepas?" Vir bertanya lagi.

"Mau pasang yang baru."

Vir memilih ke ruangan depan, setelah mengambil puding mangga dari lemari pendingin.

Vir mengembuskan napas kasar, wajah Aidan yang menyiratkan kemarahan terus berputar di kepalanya. Sangat takut, hidupnya tidak akan pernah tenang.

Papa Vir datang menghampiri putranya. Membawa secangkir kopi hitam favoritnya.

"Mau kuliah di mana?" tanya Papa Vir saat sudah duduk.

"Antara di Garuda, atau Elang." Vir membuka ponselnya.

"Garuda saja, Papa punya sahabat di sana, Papa bisa titipin kamu," tutur Papa Vir.

"Eh, udah tutup pendaftaran Pa," ucap Vir, sedari tadi ia mencari info tentang Universitas Garuda.

"Ya gak masalah, kamu sudah Papa daftarin." Papa Vir menyeruput kopinya.

"Loh? Papa, kok ambil keputusan tanpa tanya Vir? Kalau Vir gak mau gimana?" tanya Vir heboh, dengan tatapan sinis.

"Tadi kamu bilang mau kesana?"

"Ya kan belum tentu!" Vir meninggikan suara.

"Emang, kamu minta persetujuan Papa buat masuk geng sampah itu?" tanya Papa Vir, membuat Vir bungkam.

"Mulai sekarang Papa bakal didik kamu lebih keras, cafe kamu biar Mang Kokom yang urus. Lagian sekarang cuma satu kan? Cabang yang di lembang, boleh kamu perbaiki kalau Papa uda izinin," papar Papa Vir cukup panjang.

"Papa gak us-"

"Diam Virendra, selama ini Papa sudah cukup sabar dengan kelakuan kamu. Kali ini sangat fatal, kamu jangan banyak protes. Sampai kamu melawan Papa, jangan harap Papa urus kamu lagi. Papa juga bisa dengan mudah, hancurin bisnis kamu." Papa Vir kembali menyeruput kopinya, setelah ancaman keluar dari mulutnya.

Vir diam, benar-benar tidak ada pilihan selain menurut.

"Pa, tes di Garuda udah beres."

"Gampang, kamu nurut aja sama Papa!" Papa Vir beranjak pergi.

Vir diam lagi, sepertinya hidup dia akan semakin sulit.

***

Nai tersenyum tipis, ketika melihat namanya muncul di urutan pertama. Pada daftar nama yang berisi nama-nama yang lulus ke Garuda.

Nai sudah menduga sejak awal, pasti dia lulus. Sangat percaya diri memang.

Di gesernya layar ponsel, mencari nama lain, dan ketemu. Sela, juga lulus masuk Garuda. Nai tersenyum kecil.

Drrtttt drttt

Panggilan dari Sela.

"Nai, kita lulus dong!" teriak Sela heboh, dari sebrang sana.

"Iya." jawab Nai singkat.

"Gak seneng?" tanya Sela.

"Seneng, tapi udah tahu sebelum kamu telfon. Jadi gak kaget, biasa aja," ucap Nai.

Change With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang