29. Kehilangan karena Kebodohan

92 14 3
                                    

Hai hai, assalamualaikum?

Kembali lagi dengan Vir dan Nai, di CWY🙋

Cuma mau bilang, seperti part sebelumnya part ini pun lumayan menyedihkan ಥ‿ಥ

Langsung aja bacaaa biar gak penasaran! Mari kita bacaaaa!

Selamat Membaca❤

___________________________________

Vir terus saja berdiri, kemudian duduk, kemudian berjalan-jalan, duduk lagi, berdiri lagi. Terus begitu. Hanya untuk menghilangkan rasa gugupnya.

Vir juga, entah sudah habis berapa botol air mineral.
Akhirnya kebelet buang air.

Vir segera berlari ke toilet, kemudian saat hendak mencuci muka, Vir baru menyadari ponselnya tertinggal disini, untung tidak hilang. Membuka sebentar ponselnya, banyak sekali panggilan tak terjawab dari Ali. Vir mengerutkan dahi, jangan-jangan ada kabar buruk.

Vir segera menekan ikon hijau, untuk menelfon balik. Belum juga tersambung panggilan itu, seseorang tiba-tiba memasuki kamar mandi.

"Vir, giliran lo cepetan! Lo terakhir nih!" Aldo menyusul Vir ternyata.

"Gue mau telfon dulu bentar, ya?" Vir memperlihatkan layar ponselnya.

"Keburu balik mereka, buruan telfon bisa nanti!" Aldo memaksa, Vir pun menurut saja. Lagipula ada rencana besar yang ingin Vir lakukan. Tidak mungkin, Vir melancarkan aksinya ketika para siswa sudah pulang.

"Matiin dulu hp lo!" titah Aldo, Vir menurut lagi, kemudian pergi menuju aula.

Ponsel yang sudah dimatikan daya, Vir simpan di meja paling depan. Vir maju ke tengah-tengah temannya.

Vir merapikan dasinya, kerah bajunya, jas yang digunakannya. Vir memperhatikan dirinya, dari atas sampai bawah, sudah rapi.

Vir mengucap salam, menyapa hangat, dan menayakan kabar.

"Hal terpenting yang ingin gue sampaikan, adalah permintaan maaf dan terima kasih. Kalian adalah keluarga kedua terbaik, gak akan gue temui dimana pun, selain disini. Meskipun, gue ada disini, cuma dari kelas 11. Tapi, tahun-tahun di Parahyangan, akan jadi salah satu waktu terbaik dalam hidup gue." Vir mulai memasuki tujuan utamanya, berbicara ke depan.

"Dan yang paling penting, gue mau menyampaikan sesuatu sama orang yang sangat penting dalam hidup gue. Dia, salah satu alasan, kenapa tahun-tahun di Parahyangan bisa jadi waktu terbaik gue." Vir melanjutkan, hati para siswi berdebar, harap-harap cemas kalau mereka orang itu.

Vir berjalan menuju salah satu meja, seseorang yang duduk di belakangnya, tengah memainkan ponsel.

"Athira Nailah?" panggil Vir, yang disapa hanya melirik sekilas, lalu menjawab, "Apa?"

"Kamu adalah salah satu alasan, kenapa waktu aku di Parahyangan sangat berarti. Nai, aku udah dewasa, aku enggak akan nawarin hal-hal konyol untuk pacaran atau semacamnya." keringat mulai bercucur di pelipis Vir. Ini sangat menegangkan.

Vir mengeluarkan kotak hitam, dari kantung celananya.

"Nai, kalau selama ini kamu anggap aku orang yang enggak pernah serius, orang yang selalu bercanda, selalu main-main, kamu bener." Vir mengulurkan tangannya, membuka kotak kecil hitam berisi cincin.

"Tapi sekarang, aku serius. Kamu bilang, lelaki yang berani itu gak ngajak main-main. Sekarang, aku gak main-main, Nai kita buat hubungan yang lebih serius, aku siap, buat datang ke rumah kamu." tangan Vir bergetar, keringat bercucuran. Vir sendiri tidak menyangka, dia akan seberani ini. Tapi, Vir sudah yakin dan sangat serius, Nai juga sudah dewasa, kali ini sangat tidak mungkin di tolak.

Change With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang