48. Luka yang Menjadi Benci

111 16 0
                                    

EY! JANGAN JADI SILENT READERS LAAAAA, KAU TEKAN TU BINTANG GAK SAMPAI SATU MENIT PUN!

ITU GAK NGEGAS ENAK AJA CAPS LOCK:)

Kalau suka silakan tinggalkan jejak, berupa vote atau komen ya<3

Sayang kaliannn pokonya:' terutama yang vote atau komen❤

Terus baca sampe ending ya🙌

Oke, selamat membaca dan semoga suka<3

__________________________________

"No- Novan?" ucap Vir terbata.

Pletak!

Lelaki itu menyentil dahi Vir.

"Noval," ucapnya dengan kesal, karena Vir salah menyebut namanya.

"Lo bener-bener pelupa ya?" tambahnya sambil menggeleng kepala.

"Nama lo dia agak inget, sama gue dia lupa total," tambah lelaki yang mendorong Ali tadi.

"Kalau sama kesalahan lo, gak lupa kan?" Noval mengikis jarak dengan Vir.

Vir menelan ludah kasar, dadanya seketika berdetak lebih kencang berkali lipat dari sebelumnya.

"Kenapa diem, lupa juga?" Noval tersenyum miring, benar-benar menyeramkan.

"Apa perlu panggil seseorang, biar ingatan lo kembali seutuhnya?"

Vir masih terdiam dan menunduk, tidak berani menatap kedua netra yang tengah menatapnya tajam.

Sesaat kemudian datang seorang lelaki tinggi, dengan bekas jahitan di keningnya.

"Hai Virendra." suara berat lelaki itu terdengar akrab, diringi senyum manis. Memperlihatkan kedua lesungnya.

Vir tentu sangat mengenal suara itu, tidak perlu mendongak untuk memastikan siapa yang baru saja menyebut namanya.

"Gue Aidan kalau lo lupa, dia Noval kalau lo lupa, dan dia Dino kalau lo lagi-lagi lupa." Aidan menunjuk pada Noval dan Aidan.

"Lo emang jarang ngobrol sama Dino, wajar lupa. Tapi, dia yang bantuin Noval nolong lo di jalanan," tambah Aidan masih berusaha tersenyum.

"Lo, mau apa?" akhirnya Vir bersuara, meskipun masih menunduk.

"Lo gak ngerasa pernah apa gitu?" Aidan bersila di hadapan Vir, yang bersandar pada dinding.

"Dia gampang lupain segala hal, apalagi kesalahannya." itu suara Noval, yang berdiri di belakang Aidan.

"Ah kayaknya lo inget deh, lo inget kan orang yang udah gagalin misi penyerangan black panther?" Aidan menarik dagu Vir agar menatap kearahnya.

"Lo juga inget kan, orang yang bebas penjara sendirian, gak inget temennya?" tambahnya dengan mata memerah.

Kini Vir dapat melihat jelas, mata merah Aidan yang penuh kebencian.

Aidan mencengkram kuat dagu Vir, kukunya menusuk kulit lembut Vir menyisakan sedikit perih.

Vir menatap sebentar kearah Ali.

"Urusan lo sama gue, temen gue jangan lo bawa-bawa lepasin dia!" Vir memberanikan diri membalas tatapan Aidan.

Aidan melepas cengkraman pada dagu Vir, ia melirik Ali sekilas.

"Bener juga, di tanya pun serba gak tahu, Val keluarin dia!" titah Aidan.

Tidak Vir sangka Ali dengan mudah dilepas, dan lebih tidak menyangka Ali nampak tidak mempedulikan Vir. Ali segera berlari keluar.

"Seharusnya gue gak perlu jelasin kan, maksud gue bawa lo kesini?" Aidan kembali menatap Vir.

Change With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang