27. Kelulusan

95 19 0
                                    

Selamat datang di part 27!

Ini adalah awal berakhirnya kisah masa putih abu

Kisah Nai dan Vir, apa ikut berakhir juga?

Yukk baca sekarang biar gak penasaran❤

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote atau komen, gak sulit kok pencet bintang aja gak sampe satu menit!

Oke, Markica! Mari kita bacaaaaa

_________________________________

Vir memakirkan motor tepat di depan Caffe Young. Wajahnya benar-benar kusut, padahal beberapa jam ke belakang wajahnya masih terlihat sumringah.

Vir menghela napas, ia masih duduk di atas motornya, Ali sudah turun duluan.

"Masuk dulu yu!" ajak Ali, mencoba menghibur Vir yang dapat di pastikan sedang tidak baik-baik saja.

"Langsung ke lantai dua aja," jawab Vir, melepas helm dan mencabut kunci motor. Dengan langkah lunglai Vir memasuki Caffe Young.

Keduanya langsung menuju balkon, setelah memesan dua soda.

Vir dan Ali duduk di sofa, dengan pemandangan jalanan kota yang ramai. Beberapa menit, hanya ada hening belum ada yang membuka mulut.

"Padahal selama ini sikapnya aja udah menunjukkan penolakan, kok yang tadi berasa lebih sakit ya?" Vir membuka botol minumnya, meneguknya sedikit.

"Perbuatan dikatakan nyata, ketika ada perkataan dan tindakan yang sama. Selama ini penolakan dia gak kerasa, karena hanya tindakan, lo mikir mungkin dia cuma gengsi buat jujur." Ali meneguk sebentar minumannya, tenggorokannya mulai terasa kering.

"Terus?" tanya Vir, pandangannya masih lurus ke depan.

"Tapi tadi, penolakan Nai gak hanya tindakan tapi juga perkataan. Perkataan itu, mempertegas tindakan dia selama ini. Pokoknya perkataan sama tindakan sangat berkaitan. Kalau Nai nolak cuma perkataan, bisa aja tindakan dia lain, mungkin diam-diam cari tahu tentang lo," papar Ali cukup panjang.

"Sebaliknya kalau penolakan dia cuma tindakan, bisa jadi dia cuman gengsi, dan kalau ngomong jujur dia sebenarnya gak mau nolak," tambah Ali.

Vir manggut-manggut, mulai paham dengan yang Ali sampaikan. Perkataan Ali benar-benar menamparnya.

"Kok lo bisa bijak agak bijak gitu?" tanya Vir, dengan senyum miring.

"Selama ini udah bijak, lo aja yang menutup mata!" jawab Ali ketus.

Vir tersenyum tipis, kemudian menyandarkan punggung pada belakang sofa.

"Jadi gimana?" Ali juga menyandarkan punggungnya.

"Apanya?" sahut Vir yang sedang memejamkan mata.

"Nai, mau cari yang lain atau terus mau dia?" tanya Ali, sambil meluruskan kakinya.

"Ah udah jelas itu," jawab Vir.

"Bakal terus dong!" sambungnya, Ali terkekeh mendengar jawaban Vir.

"Semangat kakak! Gue pulang ya, hari ini izin gak masuk, mau temenin Abah." Ali bangkit duduk, menghabiskan sodanya dalam satu tegukan. Kemudian memakai jaketnya.

"Mentang-mentang punya bos temen, izin kerja sembarangan," ucap Vir sedikit berteriak, agar di dengar Ali yang sedang menuju tangga.

*** 

Sela juga Nai duduk bersebelahan di halte bus, ini pertama kali mereka pulang bersama, setelah sekian lama. Sejak Farhan pulang, keduanya belum benar-benar akrab, pulang bersama pun hanya sekadar kebetulan.

Change With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang