36. Membiasakan Diri untuk Sendiri

82 11 2
                                    

Hai gak kerasa udah 36 part!💗

Terima kasih udah baca sejauh ini:(

Part ini cukup pendek, dan isinya santai
Kali-kali santai masa konflik mulu😹

Yuu bacaa yuuu semoga suka yaaaaa

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote atau komen ya😗

Mari mita bacaaaa

________________________________

Nai memijit dahinya pelan, sambil menatap tugas-tugasnya yang kian menumpuk.

"Waw." ternyata, kuliah tidak sesulit yang Nai bayangkan, tapi tidak semudah yang Nai bayangkan juga.

Nai memundurkan kursinya, matanya sudah perih menatap monitor berjam-jam.

"Semangat Nai, lelah-lelah dahulu, tepar kemudian,"gumam Nai. 

"Nai?" suara itu dari pintu kamar.

"Iya Umi?" sahut Nai, sambil menguap.

"Umi masuk ya?" tanya Umi sambil membuka pintu.

"Hm."

Umi duduk di kasur Nai, membuat putrinya membalik badan.

"Kenapa belum tidur?" tanya Umi lembut, dengan sorot mata tenang.

"Tuh." Nai menunjuk laptopnya yang masih menyala.

"Minum dulu!" Umi menyodorkan segelas susu, Nai segera mengambilnya dan meneguknya sampai habis.

"Nai, kapan mau nikah?"

Uhuk! Uhuk!

Susu yang masih berada di mulut Nai muncrat keluar. Nai segela mengelap bibirnya.

"Nai baru kuliah semester satu Umi, masih jauh lah buat nikah," ucap Nai.

"Umi gak suruh kamu nikah, cuman tanya aja kok." Umi Nai terkekeh.

"Yang jelas, mau nikah muda." Nai nyengir.

"Semuda apa?" tanya Umi dengan wajah usil.

"Hm, pokoknya muda deh. Ya tunggu yang mau aja, nikah sebelum lulus juga gak apa-apa kok. Boleh kan Mi?" Nai mengelap beberapa bagian meja yang terkena susu.

"Kalau bisa lulus dulu deh, takut repot. Tapi kalau udah ada yang siap sebelum lulus, ya udah. Gak baik, kalau dilama-lamain." Umi Nai tersenyum tipis.

"Kenapa tiba-tiba tanyain ini Mi?"

"Ada anak teman Umi, kelihatan baik. Umi gak mau menjodohkan, cuman Umi harap jodoh kamu itu mirip-mirip anak teman Umi itu," papar Umi Nai.

Nai manggut-manggut.

"Udah Mi stop bahas ini, Nai jadi pengen nikah." ucap Nai,  dibalas gelak tawa dari Uminya.

Suasana hangat seperti ini, yang selalu Nai rindukan. Sekarang Nai cukup sibuk, jarang sekali mengobrol santai dengan Umi.

***

Vir sungguh-sungguh dengan ucapannya, dia benar-benar menjauhi Nai. Mereka satu Universitas, meskipun berbeda fakultas ada saja kesempatan bertemu.

Namun, Vir berusaha tidak peduli, meski sulit sekali. Vir ingin cepat-cepat lulus.

Vir berubah jadi sosok pendiam dan tertutup. Tidak memiliki teman dekat, orang-orang hanya sekadar tahu namanya. Tapi meskipun jadi pendiam, Vir tetap mengikuti bererapa organisasi. Bahkan, Vir adalah presiden mahasiswa.

Sekarang, kemana pun pergi Vir akan diantar supir. Untuk keluar rumah pun, dibatasi.

Vir membiasakan diri untuk sendiri, ketika kuliah. Vir berusaha tidak bergantung pada orang lain. Vir benar-benar akan fokus pada tujuannya. Tahu kenapa Vir tidak ingin terlalu dekat dengan orang lain? Vir takut mengecewakannya. Selama ini dia banyak sekali mengecewakan orang-orang terdekatnya.

"Hai kak, boleh duduk disini?" sapa seseorang, membuat Vir yang sedang membaca mendongak.

Vir mengangguk.

"Aku Suci, dari fakultas kedokteran." cewek yang mengaku bernama Suci itu, mengulurkan tangan.

"Vir, dari akutansi," jawab Vir singkat, sambil membalas jabatan tangan Suci.

"Katanya, nasi uduk disini enak ya kak?" ucap Suci basa basi.

"Lumayan," jawab Vir seadanya.

Bukan maksud terlalu percaya diri, tapi cewek ini pasti ingin mendekati  Vir. Ada beberapa cewek yang berusaha mendekatinya, bahkan dari fakultas lain. Suci ini, salah satunya. Namun Vir, tidak merespon baik sehingga banyak yang menyerah.

"Aku lihat kakak, waktu kita ada pertandingan basket. Mainnya keren loh," Suci ini tipe orang cerewet dan ceria.

"Panggil nama aja, gue rasa kita seumuran," timpal Vir.

"Oh iya-iya, btw udah makan belum? Aku mau pesen nasi uduk disini, mau pesen juga?" tanya Suci dengan wajah ceria.

"Gue udah tadi, duluan ya gue mau ke perpustakaan." Vir pamit pergi, Suci hanya mengangguk pasrah.

"Ganteng banget dari deket!" gumam Suci.

Dilangkah kesekian Vir menggumam, "Ternyata gini rasanya di gangguin. Gini mungkin rasanya jadi Nai."

Vir jadi teringat, bagaimana dia selalu menggangu Nai. Di kantin, di kelas, di ruang rapat, perpustakaan, dimana pun Vir akan mengganggunya. Sekarang, Vir baru diajak kenalan, sudah sangat risih.

Vir semakin pendiam, benar-benar berbicara seperlunya. Namun, Vir tetap berusaha ramah. Bagaimana ya, Vir itu mencoba ramah, tapi tidak ingin ada orang yang terlalu dekat dengannya. Vir ini pendiam, tapi tetap aktif di organisasinya.

Waw. Apakah itu kepribadian ganda? Haha, tidak mungkin.

***

Nai, Sela, dan Vir. Masing-masing sibuk dengan kuliahnya. Berada di satu Universitas, namun jarang sekali berkomunikasi. Bahkan, Nai dan Sela pun jarang. Sesekali jika weekend mereka main bersama

Tiga anak muda itu, benar-benar ambisius. Mereka berusaha segera menyelesaikan kuliahnya. Ah, kemungkinan begitu besar mereka akan jadi lulusan terbaik.

***

"Halo tante, kenapa?" tanya Vir setelah menerima telfon.

"Ha? Iya tante Vir ke rumah sakit sekarang."

_________________________________

Wah Vir jadi pendiam gini gak seru:(

Semoga aja ketemua temen yang cocok, kali aja jadi kembali ke sosok semulaaa

Isi telfon Vir apa ya? Penasaran? Tunggu part selanjutnya❤

Dah sampai ketemu di part selanjutnya👋 ❤

Lope se-

Seapa lagi ya?
Selangit deh.

Lope Selangit buat kalian yang udah baca  cerita ini🌌💙

Change With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang