35. Lupakan, dan Mulai Perubahan

81 12 2
                                    

Karena lumayan semangat, hari ini up 2 part😄

Part ini gak sepanjang biasanya, tapi cukup bikin baper😳

Penasaran? Cus langsung baca!

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote atau komen ya❤

Selamat membaca! Semoga sukaaaa

Mari kita bacaaa!

________________________________

"Beneran!" jawab Sela heboh.

Nai terdiam sebentar, ini kebetulan atau Vir memang masih mengikutinya?

"Dia ngikutin aku?" tanya Nai, sambil menatap datar ke depan.

"Mungkin kebetulan Nai, ini kan Universitas bagus wajar kalau jadi pilihan dia," ucap Sela cukup masuk akal.

"Iya juga tapi..." Nai menggantungkan ucapannya.

"Hmm, gak apa-apa deh, kenapa harus di pikirin juga." Nai tersenyum tipis.

"Iya Nai, kamu tenang aja," Sela mengelus bahu Nai.

"Iya, lagian yang satu fakultas kan kamu bukan aku," gumam Nai. Di balas tatapan sinis dari Sela.

***

"Masakan Mama enak gak?" tanya Juni, Mama tiri Vir. Ini kali pertama sejak menikah dengan Papa Vir, mereka makan malam bersama. Ini kali pertama, Vir mau memakan masakan Mama tirinya.

"Lumayan tante," jawab Vir jujur.

"Lumayan buat dia itu enak," tutur Papa Vir mencoba menghargai.

Vir mulai membiasakan diri, mulai menerima, bahwa wanita di hadapannya ada Mamanya.

Juni, Mama tiri Vir. Padahal nyaris sempurna, cantik, penyayang, penyabar dan selalu perhatian.

Tapi, semua itu tetap belum cukup bagi Vir untuk menggantikan sosok Mamanya.

"Mama besok mau anterin Vir kuliah dong, boleh?" tanya Juni.

"Terserah tante," jawab Vir sambil tersenyum. Meskipun jawabannya tidak terlihat antusias, setidaknya Vir mulai memberi kesempatan pada Juni untuk mendekati Vir.

Makan malam selesai, Juni sudah duluan pergi ke kamar. Vir dan Papanya masih mengobrol di ruang tamu.

"Teman kamu, yang pernah kesini beberapa kali. Sekarang dimana dia?" tanya Papa Vir setelah hening beberapa saat.

"Yang mana?" Vir menatap lekat laptopnya.

"Yang keriting itu."

"Oh Ali," gumam Vir. Tiba-tiba dadanya terasa sesak.

"Dia dimana sekarang?" Papa Vir mengulang pertanyaan yang sama.

"Vir, kurang tahu. Kita udah gak terlalu dekat juga. Ada sedikit masalah." wajah Vir berubah datar, ketika membahas sahabatnya itu.

"Jangan putusin tali silaturahmi ya, kalau kamu yang salah kamu minta maaf. Kalau dia yang salah, kamu harus memaafkan," tutur Papa Vir. Senang sekali, bisa berbicara cukup banyak lagi dengan putranya.

"Iya, Vir akan cari Ali." Vir terseyum kecut.

Hening beberapa saat, mereka fokus pada kegiatan masing-masing.

"Pa, Papa pernah gak? Papa itu terlambat nolong orang, sampe dia itu dapet akibat yang parah gara-gara telat dapat pertolongan?" tanya Vir.

"Hm, pernah gak ya? Keterlambatan yang bikin Papa menyesal itu dua, Papa terlambat menjelaskan sama Mama sampai Mama nekad bunuh diri. Dan keterlambatan menjelaskan sama kamu, sampai kamu jauh dari Papa," tutur Papa Vir.

Change With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang