39. Teringat Kenangan Kelam

85 12 2
                                    

Hai lama gak update maaf ya😄

Gak kerasa udah part 39, makasi yang udah baca sejauh ini❤

Langsung aja baca yaaaa

Selamat membaca dan semoga sukaaaaa😻

____________________________________

Dua orang yang tengah asik mengobrol menoleh bersamaan, terlihat wajah keduanya sedikit terkejut dengan kehadiran Ali.

"Ali?" gumam Sela.

Sedangkan Nai hanya menatap sekilas, dan melanjutkan menikmati batagor yang sudah lama sekali tidak menyentuh lidahnya.

"Apa kabar?" tanya Ali dengan wajah sumringah. Dia duduk di hadapan Sela juga Nai.

"Baik." Hanya Sela yang menjawab. Nai sedang sibuk menambah sambal pada mangkuk batagornya.

"Gue juga baik," tutur Ali, padahal tidak ada yang bertanya.

"Perasaan, baru ketemu lagi setelah lulus, lo gimana sekarang? Lagi sibuk ngapain?" tanya Sela basa-basi, tidak ada salahnya kan menanyakan kabar teman lama.

"Sibuk banget, dari pagi sampe siang gue jadi pelayan cafe. Terus dari siang sampe jam tujuh malem, gue jadi kasir. Malemnya, gue sering bantu di bengkel temen," papar Ali, ia menceritakan kesehariannya.

"Wah hebat," puji Sela tulus. Nai hanya menyimak, sekarang Nai menambahkan kecap ke mangkuknya.

"Itu beneran pujian? Apa hebatnya gue dibanding kalian?" Ali menyeringai.

"Kita hebat dengan cara masing-masing Li," jawab Sela sok bijak.

"Lo ngapain ke sekolah?" tanya Sela lagi, seakan tak ingin percakapan mereka segera berhenti.

"Lo tumben banyak tanya?" tanya Ali curiga.

"Biar kelihatan ramah sama teman lama," ujar Sela sambil terseyum tipis.

"Gue lagi cari kerjaan lain, tapi gak sadar malah bawa motor ke sekolah ini ya sekalian aja mampir. Lo sendiri ngapain?" Ali bertanya balik.

"Kita kangen Mang Ucok."

"Ha?" mulut Ali terbuka lebar.

"Ralat, kangen batagornya," Sela tersenyum lebar.

"Oh ya, lo udah sesibuk itu masih mau cari kerjaan? Yakin bakal punya waktu?" lanjut Sela.

"Hmm, pengen cari yang lebih bagus aja. Lagian, bentar lagi gue keluar dari cafe. Cafe tempat gue kerja mau gulung tikar." Ali memaksakan tersenyum, namun terlihat betul terpaksanya.

"Supir Abi berhenti bulan depan." untuk pertama kalinya Nai bersuara, sejak Ali datang.

"Gue mau kok jadi supir." Ali segera menawarkan diri. Keluarga Nai ini terbilang mampu, pasti gaji supirnya tidak akan kecil. Seketika wajah Ali memancarkan semangat.

"Bisa bawa mobil?" Nai bertanya sambil menusuk batagor dengan garpu.

"Gue pernah belajar sama temen di bengkel." Ali menjawab dengan penuh gairah.

Wajah lesu Ali hilang entah kemana, ia terlihat lebih bersemangat.

"Datang secepatnya ke rumah, atau keburu diambil orang lain," ucap Nai, kemudian pergi menuju kasir.

"Temen lo itu, gak bisa basa-basi dikit apa? Atau ramah dikit aja gitu?" protes Ali.

"Tahu sendiri dia kayak gimana," balas Sela, kemudian menyusul Nai.

Change With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang