28. Prioritas

92 17 0
                                    

Di part ini ada musibah yang benar-benar tidak terduga

Part ini juga cukup panjang, dan ada beberapa konflik

Penasarannn? Ya udah cepet baca!

Jangan lupa Votmen, atau kena ketok🔨

SELAMAT MEMBACAAA!❤

_________________________________

Di akhir masa sekolah Vir, ada kabar kurang baik dari Caffe Young. Cabang Caffe Young di Lembang, terjadi kerusakan parah, akibat ulah geng motor. Vir sempat mendengar, itu geng terkenal yang sering mencari masalah.

Kerusakan yang terjadi tidak sedikit, saat itu ada perkelahian antar geng motor, entah karena apa Vir kurang paham. Namun perkelahian itu, berefek pada Caffe Young. Kasir terbakar habis, salah satu karyawan bahkan terluka. Kaca-kaca di pecahkan, bahkan ada yang saling kejar sampai dapur cafe, membuat semua bahan hancur dan ternodai.

Sebagian lagi ada yang berlari sampai gudang, merusak semua simpanan bahan-bahan makanan.
Benar-benar merugikan, kenapa tidak berkelahi di lapangan saja? Vir sudah melapor polisi namun belum ada kemajuan apa-apa, tentang keberadaan pelaku kerusuhan itu.

Disaat yang sama, kondisi Abah memburuk, Abah sering mengeluh sakit kepala hebat. Padahal Vir sudah mengatur baik-baik uangnya, untuk renovasi cafe, untuk rencana rahasianya, untuk biaya hidup, semua sudah teratur. Namun, keadaan Abah yang jelas butuh perawatan, tidak masuk daftar.

"Pengeluaran terbesar dari keuangan gue, buat renovasi cafe. Gue udah pake uang itu, gue udah beli bahan bangunan, udah nyewa tukang, dan udah mulai ngehubungin langganan tempat gue beli bahan makanan. Gak bisa di batalin," papar Vir, yang sedang duduk berdua dengan Ali ruang tunggu rumah sakit.

"Semoga Abah gak apa-apa, biar lo gak kesusahan mikirin bayaran rumah sakit," jawab Ali, wajahnya benar-benar kusut.

Keduanya menyandarkan punggung pada kursi, memikirkan Abah yang terlihat semakin payah.

"Lo pulang aja, udah beberapa hari gadang, gantian biar gue yang jaga Abah." Vir bangkit berdiri, meregangkan ototnya yang terasa pegal.

"Besok pagi gue balik, titip Abah ya!" Ali pamit, kemudian pergi meninggalkan rumah sakit.

***

"Ini dengan anaknya Pak Jamal?" untuk ketiga kalinya, suara itu terdengar. Akhirnya Vir membuka mata, ternyata itu Dokter Alfin, Dokter yang sedang merawat Abah.

"Oh, saya kerabatnya," jawab Vir, langsung duduk dan merapikan rambut dan pakaiannya.

"Bisa ikut ke ruangan saya sebentar?" tanya Dokter Alfin.

"Saya segera kesana." Vir berdiri, kemudian menuju kamar mandi. Mencuci muka, dan sikat gigi.

Setelah selesai, Vir menuju ruangan Dokter Alfin.
Vir mengetuk pintu, sambil membukanya.

"Silakan masuk!" suara khas bapak-bapak terdengar dari dalam.

Ruangan dominan warna putih, berbagai macam alat medis yang Vir tidak tahu namanya, juga bau khas obat-obatan, menyambut kedatangan Vir. Dokter Alfin sedang duduk di meja, berada di pojok
kanan ruangan ini.

Vir segera duduk setelah di persilakan, Vir agak gugup, semoga yang akan dibicarakan adalah kabar baik.

"Saya akan memberi tahu, keadaan Pak Jamal." Dokter Alfin melepas kacamata yang bertengger di hidungnya.

"Iya Dok." jawab Vir, tangannya berkeringat, sangat gugup juga takut jika harus menerima kabar buruk.

"Setelah melihat gejalanya, sepertinya sakit kepala yang dialami Pak Jamal bukan sakit kepala biasa, seperti migrain atau semacamnya. Itu gejala tumor otak, tapi itu baru prediksi saya bisa jadi keliru. Jadi saya sarankan, Pak Jamal melakukan MRI." papar Dokter Alfin, Vir manggut-manggut. Mendengar perkataan Dokter, Vir semakin negatif thingking.

Change With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang