Part yang cukup menegangkan•_•
Penasaran? Harus! Yuk baca sekarang!
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa komen atau vote ya 🤗
Selamat membaca dan semoga
suka<3_______________________________
Bugh!
"Ahhh!" Vir meringis kesakitan.
Ketika merasakan sesuatu yang begitu keras, membentur pada tengkuk dan kepala bagian belakangnya. Detik berikutnya, pandangan Vir mengabur.
Bruk!Vir terjatuh dari motornya.
"Pingsan?" tutur seorang lelaki, tepatnya bertanya pada dirinya sendiri.
"Lemah banget," gumamnya sambil tersenyum miring, kemudian menarik paksa Vir memasuki mobilnya.
"Bawa motor dia!" titahnya pada kawannya.
***
Pukul 23:17 dan Vir belum terlihat batang hidungnya.
"Hampir tengah malam, Vir pergi kemana sih?" tutur Papa Vir sambil mengusap kasar wajahnya. Kantuk yang awalnya tidak tertahan, menghilang seketika.
"Telfonnya gak diangkat Pa." Juni menatap ponselnya khawatir, benda tipis itu seakan satu-satunya harapan yang bisa memberi petunjuk.
"Kamu punya nomor temen Vir?" tanya Papa Vir.
"Oh yang sering main ke rumah yang berdua itu, Mama pernah telfon mereka." Juni kembali menatap ponselnya. Mencari satu nomor pada log panggilan.
Itu nomor Kiki, beruntungnya Kiki segera menjawab panggilan Juni. Namun, hasilnya nihil. Kiki terakhir kali melihat Vir, di perpustakaan kota sore tadi.
"Vir sering banyak urusan Pa, dia pernah pulang lebih larut dari ini." Juni berusaha menenangkan suaminya.
Papa Vir mengangguk, berusaha untuk percaya bahwa Vir sedang disibukkan sesuatu.
***
Ruangan dengan minim pencahayaan, dan suasana yang sunyi. Seakan tidak ada tanda-tanda kehidupan di ruangan ini.
Uhuk!
Vir terbatuk beberapa kali, bahkan bersin. Keadaan sekitarnya sangat berdebu.
Vir merasakan kepalanya yang berdenyut nyeri, dan tengkuknya yang perih. Sepertinya bagian itu sedikit berdarah.
Ruangan ini terlalu gelap, hanya cahaya rembulan sebagai pencahayaan. Menembus melalui jendela kaca. Detik berikutnya, Vir baru menyadari dia terbaring di lantai. Pantas dia terus bersin dan batuk.
"Ahh..." Vir merasakan kepalanya yang terasa akan pecah. Vir mengelus tengkuknya, benar saja ada darah mengalir pada tengkuknya.
"Lah kaki gue diiket?" gumam Vir.
Vir berusaha mengingat kejadian sebelumnya, hal terakhir yang dia lalukan adalah diam diatas motor.
"Gue diculik?"
Trek.
Terdengar seseorang menekan saklar lampu.
Seorang lelaki menghampiri Vir, kemudian mengikat kedua lengannya paksa."Lo siapa?" gertak Vir.
"Selain mudah melupakan jasa, mudah melupakan teman juga ya?" jawabnya sambil menyeringai.
"Lo siapa? Ini dimana? Gue kenapa disini?" Vir menatap tajam lelaki itu, terlihat betul gurat kemarahan di wajahnya.
"Temen gue mana?" Vir baru ingat sejak tadi tidak melihat Ali.
"Wah orang kayak lo punya teman juga ya? Siapa orang aneh yang bersedia berteman sama lo?" lelaki itu berjongkok, dan menatap Vir sambil menopang dagu dengan kedua tangan.
"Lo siapa?" bentak Vir, rahangnya mengeras tangan terikatnya mengepal kuat.
"Lo sama sekali gak inget?" tanya lelaki itu masih di posisinya.
"Ya ampun, gue sakit hati. Bisa-bisanya lo lupain gue?" lelaki mengelus dadanya dengan dramatis.
"Kita tunggu dua orang datang, mungkin kalau mereka datang lo bisa inget siapa gue." Lelaki menyeringai, kemudian duduk pada salah satu kursi.
Vir mendecak sebal, yang Vir tahu lelaki ini adalah lelaki tidak asing yang akhir-akhir ini selalu Vir lihat. Tapi Vir benar-benar tidak ingat siapa lelaki ini.
Sekitar lima belas menit kemudian, terdengar beberapa orang yang memasuki ruangan gelap ini. Meskipun lampu telah dinyalakan, itu tidak cukup menerangi seluruh ruangan ini.
Vir tidak dapat melihat siapa orang itu, dan sama sekali tidak terbayang siapa sosok tinggi yang tengah berada di sudut ruangan itu. Vir hanya dapat melihat ujung rambutnya.
"Lo siapa? Mereka siapa? Gue salah apa? Bisa lepasin gue? Gue ngantuk gue mau pulang!" Vir bergerutu.
"Bentar." Lelaki itu bangkit berdiri.
Sekian menit lelaki itu kembali menghampiri Vir, kemudian mendorong seseorang kearah Vir.
Bruk!
Lelaki itu terjatuh di hadapan Vir.
"Ali?" Vir menatap Ali yang juga terikat lengan dan kakinya.
"Lo, dari mana?" tanya Vir pelan.
"Gak tahu mereka bawa gue kemana, mereka terus maksa gue ngomong tentang lo." Ali menjawab dengan napas tidak teratur, terlihat lelah.
"Serius?" tanya Vir sedikit geram, karena orang-orang itu melibatkan Ali untuknya.
"Gue gak bisa jawab apa-apa, kita baru komunikasi akhir-akhir ini, gue tahu apa?" Ali memasang wajah kesal.
"Mereka siapa sih?" Ali masih bergerutu.
"Gue gak kenal Li, tapi yang barusan nyeret lo gue gak asing sama mukanya. Tapi, gue bener-bener gak tahu siapa dia," jawab Vir pelan.
Hening beberapa saat.
Kemudian terdengar derap langkah kaki, mendekat kearah Vir dan Ali.
Trek.
Orang itu menekan saklar lampu yang lain, membuat ruangan ini terlihat lebih terang dari sebelumnya.
Vir membulatkan matanya, napasnya tertahan. Orang di hadapannya, seseorang yang tidak pernah dia lihat hampir selama empat tahun terakhir.
"Hai?" suara berat, keluar dari mulut lelaki dengan alis tebal itu.
"No- Novan?" ucap Vir terbata.
__________________________________
Vir ayo kabur Vir, besok kan ketemu Nailah:(
Novan siapa btw?
Semoga Vir baik-baik aja😭
Mau tahu selanjutnya gimana?
Pantengin terus wp author!
Sampai ketemu di part selanjutnya 👋 :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Change With You
Teen FictionKetika Athira Nailah, si alim, si cuek, sesekali susah peka, diusik oleh murid baru Virendra Akhtar. Ambisius, dan tidak suka dengan hal-hal tidak penting. kalimat itu sangat menggambarkan sosok Athira Nailah, si wakil ketua rohis cantik, yang terk...