9. Sesungguhnya

181 32 4
                                    

Hai, udah up nih

Semoga suka yaaaaa

Kalo suka jangan lupa Vote

Lope sakebon buat readers cerita ini❤✨

"Hah Sela?" tiba-tiba Sela disisi Angga yang berada di depan rumah Nai.

"Lagi ngapain Ga?"

"Cuma lewat sih, kamu sendiri?"

"hm, mau ke Nai" ucap Sela, sambil masuk ke gerbang rumah Nai seakan rumah sendiri.

"Masih disitu?"

"Iya ini mau pulang," Angga bingung sendiri bisa-bisanya Sela ada disini tiba-tiba.

Sela segera memasuki rumah Nai.

"Athira Nailah, mau ceritaaaaa!" teriak Sela sambil mendobrak pintu kamar Nai yang tak dikunci itu.

"Hih, salam kek tiba-tiba dateng aja kayak jailangkung!" ucap Nai kesal, gelas berisi jus ditangan Nai seketika jatuh akibat teriakan makhluk itu.

"Kaget!" tambahnya.

"Iya maaf bund, mau cerita nih, dengerin ya!"

Sela duduk di sofa samping kasur, memposisikan diri senyaman mungkin, mengambil beberapa camilan yang tersedia dimeja belajar Nai, benar-benar tak tahu diri.

"Tadi Angga nembak, tapi dia nembak mukanya itu lempeng, heran. Malah bilangnya pun cuma sekedar, aku suka kamu, kamu juga kan ya udah kita jadian."  ucap Sela dalam satu tarikan nafas.

"Terus?"

"Enggak ada terusannya baru segitu ceritanya, masih belum end," Sela tak hentinya terseyum.

"oke." jawab Nai pelan.

"Kenapa si ah?" Sela kesal sendiri Nai tak antusias mendengar ceritanya.

"Kenapa gimana?"

"Terima jangan, ya sebagai teman yang baik aku minta saran dulu," ucap Sela santai, memasukkan satu persatu camilan dimeja belajar Nai sampai sisa setengah.

"Ngapain nanya, harusnya udah tahu dari awal aku bakal jawab apa,"  jawab Nai dingin.

"Kenapa si?"

"Kalo enggak ada yang penting pulang ya, maaf banget. Kepala aku masih Pusing harus istirahat besok senin." Nai merebahkan tubuhnya.

"Jadi barusan enggak penting?"

"Menurut kamu?"

Sela mendecak kesal, ia rela keluar disaat gerimis seperti ini hanya untuk mendapat jawaban tak berprikemanusian itu.

"Oke sorry ganggu, istirahat sana!" ucap Sela penuh penekanan. Sejak kapan Nai berani mengusir Sela dari rumahnya.

"iya dari tadi juga istirahat." Nai menarik selimut, untuk membungkus tubuhnya yang dingin.

Sampai di dapur, Sela berbalik arah kembali ke kamar Nai.

"Dia harus ngomong!" pekik Sela.

Trek

Sela kembali memasuki kamar Nai.

"Nai ada yang penting!"

"Hmm?" jawab Nai malas, masih tidak membalikan tubuhnya.

"Bilang iya atau enggak, aku boleh terima Angga?"

"Kalo iya bagus, kalo enggak kenapa?" lanjut Sela

Nai tak bergeming, terlalu malas membahas obrolan yang menurutnya membosankan ini, Nai lebih baik diajak bicara tentang tugas-tugas sekolah untuk besok.

Change With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang