Bian berjalan tanpa alas kaki di kota Disprea. Kepalanya pusing, tubuhnya lemas. Dia berjalan tidak tentu arah. Pandangannya kosong.
"Bian? Sadarlah. Kau kenapa?" tanya Alex yang masih bersamanya sedari tadi. Bian tidak menjawab. Dia berusaha melihat dengan jelas dan menyeimbangkan tubuhnya. "Bian--"
Tiba-tiba muncul beberapa orang mengelilinginya. Bian mencoba memperhatikan siapa mereka.
"Mereka Knirer." gumam Bian.
"Yang terpilih... akhirnya... kami sudah menunggumu."
"Tuan Marvin? ada apa ini?"
"Ikutlah dengan kami dan jangan memberontak."
Bian kembali memegangi kepalanya. Kepalany terus saja sakit. "Katakan.... katakan pada saya tuan Marvin, ada apa ini?"
"Ikutlah dengan kami, akan kami beritahu."
Bian sepertinya tidak punya pilihan. Terlebih keadaannya yang tidak baik saat ini.
"Tunggu!!" Damian dan beberapa orang dengan langkah cepat mendatangi mereka. "Tuan Marvin, ada apa ini?"
"Jangan menghalangiku Damian. Kau ingat yang di katakan raja vampir itu? Kami berhak memilih akan memihak siapa!"
"Aku tidak akan membujukmu soal itu Marvin, hanya saja kenapa dengan yang terpilih?"
"Apa kau tidak mendengar mereka? Mereka menginginkan yang terpilih!"
"Tapi tidak begini caranya."
"Kau selalu saja membelanya Breggier! Mayhthem, apa kau tidak ingin putrimu kembali?!"
Ayah Gina terdiam. Dia ingin sekali Gina kembali dan selamat. Tapi dia tidak ingin mengorbankan Bian yang sudah dia anggap seperti putrinya sendiri.
"Jangan katakan kau-- ayah macam apa kau ini! Tangkap dia!"
Beberapa knirer maju tapi mereka tidak bisa mendekati Bian. Bian mengangkat satu tangannya membuat perisai tidak terlihat.
"Tidak akan aku biarkan kalian menyentuhku. Aku ingin bicara pada kalian semua di ruang pertemuan, sekarang."
"Untuk apa bicara lagi. Buang-buang wak-- uhuk uhuk.." tiba-tiba ada sesuatu yang menyakiti tenggorokannya. "Apa... Apa yang kau... Lakukan... Pada... Padaku.."
Bian mendekati Marvin. "Berhentilah berbicara hal yang tidak berguna dan pergilah ke ruangan pertemuan, tuan Marvin."
Bian melepaskan mantranya dari Marvin lalu segera berjalan menuju ruangan pertemuan di ikuti Damian dan elder tua yang lain.
Tak berapa lama, Bian sudah duduk di salah kursi yang biasa dia duduki.
"Bian, ada apa ini sebenarnya? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Damian. Bian hanya diam dengan tatapan lurus ke depan. Tak lama pintu terbuka. Marvin dan pengikutnya masuk ke dalam ruangan.
"Jangan katakan kamu tidak akan menyerahkan dirimu setelah apa yang kamu perbuat! Kau tidak hanya anak ingusan pembuat onar tapi juga pengecut!" hardik Marvin dengan menunjuk Bian. Bian hanya diam menatapnya, tanpa ekspresi. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi dan menopang dagunya dengan tangannya.
"Tenanglah tuan Marvin. Kita bisa bicarakan ini secara baik-baik." Damian mencoba menenangkan.
"Tenang? Tenang katamu?! Bagaimana aku bisa tenang?! Dia telah membebaskan sesuatu yang sudah di kurung oleh tujuh kaum! Dia juga menyebabkan gadis Mayhthem itu ditangkap untuk menggantikannya dan kau tahu apa syarat dari mereka Damian."
"Aku tahu aku mengerti, hanya saja--"
"Berhentilah membelanya!! Aku mengerti kau adalah penjaga yang terpilih, penjaganya, tapi bukan berarti kau akan terus membelanya bahkan ketika dia melakukan kesalahan! Dia harus ikut denganku. Dia harus menyerahkan diri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang terpilih : pangeran yang terkutuk (the Cursed Prince) Season 3
Fantasy[Young adult and minor romance] Please baca story yang pertama : babak pertama dan yang kedua : pemburu penyihir agar mengerti jalan ceritanya. Mendengar ada cara membunuh Darkness, Bian mulai berpetualang bersama Kate dan Gina untuk mencari benda...