Sang Pangeran

1.5K 159 8
                                    

Maaf klo msh ada yg typo

Happy reading....



Bian berteriak keras. Tapi tidak lama. Vampir itu segera melepakan Bian. Bian jalan terhuyung menjauhi vampir itu.

"Lumina"

Semua api di obor menyala di ruangan itu. Bian melihat vampir itu terduduk di kedua lututnya, menunduk ke bawah. Bian memegangi luka bekas gigitan vampir itu. Dia mengatur nafasnya lalu menutup matanya. Bian konsentrasi pada lukanya. Keluar cahaya putih dari telapak tangannya. Bian mencoba mengobati lukanya tapi bekas luka itu tidak hilang. Hanya rasa sakit dan racun dari vampir itu yang sudah hilang meski belum sepenuhnya. Bian menatap vampir itu. Vampir itu masih terduduk.

"Apa yang kamu lakukan padaku?" vampir itu mulai berbicara.

"Meracunimu kurasa."

Vampir itu menatap Bian. Raut wajahnya yang marah dan bola matanya yang merah pekat.

"Kau--"

"Jangan menyalahkanku. Kamu yang seenaknya saja menyerangku. Bukankah sudah kukatakan aku ingin berbicara padamu?"

"Aku tidak ingin berbicara padamu."

"Baiklah terserah padamu. Racun itu akan segera mengalir dan menyebar di dalam tubuhmu. Waktumu hanya...." Bian melihat jam tangannya. "Paling lama lima menit."

"Apa yang kamu inginkan dariku?!"

Vampir itu berdiri dan ingin menyerang Bian tapi tubuhnya begitu lemah. Darah berwarna hitam sudah mulai keluar dari mulutnya.

"Sudah aku katakan, aku ingin berbicara padamu dan kamu harus berkata jujur padaku."

"Hah! Untuk apa? Aku juga akan mati."

"Tidak, jika kau meminum ini." Bian memperlihatkan botol kecil berisi cairan berwarna merah. "Ini darahku, sebelum aku menggunakan kalung ini." Bian menyentuh kalungnya. "Kalung ini membebaskanku dari racun vampir, manusia serigala atau makhluk supranatural lainnya. Dan yang menghisapku, justru akan mati. Seperti kamu yang sedang dalam prosesnya sekarang."

"Dari mana aku tahu itu bisa menghilangkan racunku?"

"Oh percayalah aku juga baru tahu itu. Kakek tua itu juga baru memberitahukanku."

"Kakek?"

Flashback on

Malam sebelum keberangkatan Bian.

Suara langkah berat dan cepat berjalan di lorong kantor Elder yang sudah sepi. Malam hari semua Elder telah pulang. Hanya beberapa saja. Langkah kaki itu berbelok ke sebuah ruangan dan membuka pintunya.

"Ah Bian. Sudah datang rupanya. Maaf aku terlambat. Aku harus menghadiri rapat dengan para peri. Kamu tahu, soal peri Rule yang menjaga Disprea. Karena pengkhianatan salah satu peri Rule, jadi kita menghentikan menggunakan jasa mereka. Well yeah mereka protes tentu karena di anggap akan menjelekkan nama peri tapi itu sudah keputusan para Elder."

Damian segera duduk di kursinya. Bian hanya mengangguk mengerti.

"Bian, biar aku tanya sekali lagi. Apa kamu siap menghadapi monster itu?"

"Hanya ini satu-satunya jalan. Jadi saya harus siap."

"Hmm... Aku harap juga begitu. Tapi Bian, kita tidak tahu monster apa itu. Jadi kamu harus sangat berhati-hati dalam menghadapinya."

"Saya mengerti."

"Aku sudah menduga monster apa itu dan jika dugaanku benar, kamu memerlukan ini." Damian mengeluarkan tiga botol kecil berisi cairan berwarna merah.

Yang terpilih : pangeran yang terkutuk (the Cursed Prince) Season 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang