Terdengar langkah kaki berjalan santai menuju di satu sel diiringi dengan siulan yang menggema. Sel itu sudah di mantrai agar tidak ada satu vampirpun bisa keluar.
"Wahh sepertinya kau mulai terbiasa di dalam sana, adikku." sahut sebuah suara dari luar sel.
"Pergilah Henry, jangan ganggu aku."
"Kamu memang anak kesayangan seperti kata Ed. Meski kamu mengkhianati ayah, bahkan membuatnya murka, dia tetap tidak akan membunuhmu. Bahkan menyiksamu saja tidak."
"Bukan tidak akan. Tapi belum waktunya."
"Lagipula kenapa denganmu? Sejak kapan kamu berteman dengan Gereera?"
"Aku tidak berteman dengan Gereera, aku hanya berteman dengan Nick."
"Baiklah, baiklah.. Terserah kau saja. Lalu sekarang bagaimana? Aku tidak bisa membantumu."
"Tidak, jangan. Jangan membantuku. Aku tidak ingin dia mengurungmu juga."
"Katamu kau ingin pergi jauh dari ayah. Tapi justru sekarang kamu terjebak disini."
Paul menghela nafas. "Begitulah. Bagaimana dengan ayah?"
"Apanya? Keadaannya?"
"Situasinya."
"Kau tahu ayah bagaimana. Dia masih ingin menjadi menjadi vampir kerajaan terkuat dan satu-satunya. Dia masih ingin Gereera musnah. Tapi aku yakin penyihir itu tidak akan melakukannya. Gereera ciptaan pertamanya. Aku rasa tidak mungkin."
Henry menyandarkan tubuhnya di dinding di depan sel Paul dengan posisi menghadap ke sel Paul.
"Lalu untuk apa kamu pulang?"
"Ayah memanggilku. Dia butuh pasukan kuat karena Gereera melarikan diri. Dia sudah seperti orang... Gila, kurasa?" Henry memutar jari telunjuknya di satu sisi kepalanya.
"Dia memang gila. Kau baru tahu?"
"Ya, ya aku tahu betapa gilanya dia. Tapi aku enggan bertarung sendiri. Aku akan meminta ayah melepasmu jadi kamu akan menemaniku."
"Ya, lepaskan saja aku. Tapi aku tidak akan menemanimu bertarung. Aku justru akan membantu pihak yang terpilih dan Gereera."
"Kau gila. Sebegitu bencinya kamu pada ayah. Dia tetap ayahmu, Paul. Ayah kita."
"Ayahku sudah mati ribuan tahun lalu."
Henry berdecak. "Kau tidak menyenangkan!"
"Lagipula kenapa kamu mau begitu saja menurut pada ayah? Biasanya kamu paling enggan bertarung apapun alasannya. Kau selalu berkata bersenang-senang paling utama."
"Ini tentang ayah, tentang keluarga kita, Paul. Seharusnya kamu juga membantu kami."
"Tidak mau, kau saja."
"Keras kepala sekali. Apa kamu masih marah pada ayah?"
"Aku tidak marah padanya. Aku membencinya."
"Tapi itu sudah ratusan tahun lamanya. Sudah lama berlalu. Kenapa masih mengingatnya?"
"Dia wanita yang aku cintai, Henry. Bagaimana perasaanmu melihat wanita yang kau cintai diminum darahnya dan di bunuh oleh ayahmu sendiri?!" Paul mulai kesal.
"Oke, oke... Tidak perlu marah. Aku akui ayah memang.... Keterlaluan. Tapi saat ini adalah pertempuran hidup mati keluarga kita."
"Aku tahu. Tapi aku tetap tidak akan berpihak pada keluarga kita. Aku tidak akan menuruti vampir gila itu. Lagipula ini tentang Mora. Apa kamu pikir Mora akan menuruti permintaan ayah? Mora bisa memporak porandakan kita hanya dengan jentikan jarinya saja. Dia bisa membuat kita menjadi manusia biasa dan jika itu terjadi, kita akan menjadi debu dan mati! Dia yang menciptakan kita, kau ingat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang terpilih : pangeran yang terkutuk (the Cursed Prince) Season 3
Fantasía[Young adult and minor romance] Please baca story yang pertama : babak pertama dan yang kedua : pemburu penyihir agar mengerti jalan ceritanya. Mendengar ada cara membunuh Darkness, Bian mulai berpetualang bersama Kate dan Gina untuk mencari benda...