Aphellium

181 40 0
                                    

Bian, James dan Jim terperangah melihat apa yang ada di hadapannya. Mereka bahkan tidak berkedip. Bian menutup mulutnya dengan tangannya.

"Sial.." gumam Bian pelan.

Disprea kini hampir rata dengan tanah. Hampir semua bangunan roboh. Beberapa bahkan masih tersisa asap yang mengepul di bangunan itu.

"Kita tidak memiliki tempat tinggal lagi sekarang."

"Kita bisa memperbaikinya." Jim melangkah maju dan James menghentikannya.

"Tidak Jim. Tidak sekarang. Mungkin nanti."

"James benar. Mereka akan menghancurkannya lagi nanti. Mungkin juga masih ada pengikut Mora di sekitar sini. Sebaiknya kita pergi." ajak Bian.

Jim mengangguk. "Baiklah. Ke kerajaan peri?"

"Kerajaan peri."

Bian memegang tangan James dan Jim lalu berteleportasi. Dia sampai di tanah lapang.

"Ini dimana? Aku tidak melihat ada apapun disini."

"Mereka menyembunyikannya tentu."

Bian mengucapkan sesuatu kata dengan bahasa peri. Tak lama muncul semua yang tersembunyi. Kastil megah dan rumah-rumah peri.

"Whoahh... Pemandangan yang luar biasa." James berdecak kagum. Tak lama beberapa peri Raz mendatangi mereka.

"Siapa kalian? Dan mau apa? Kalian bukan peri. Bagaimana bisa muncul disini?"

"Aku Bian, yang terpilih." kata-kata membuat peri Raz itu mengerutkan keningnya. Dia menatap Bian dari atas sampai bawah.

"Tunggu disini." sahut peri itu akhirnya. Dia berbisik pada peri lainnya yang berdiri di belakangnya. Peri itu mengangguk lalu pergi.

Mereka berdiri dalam kesunyian. Tidak ada satupun yang berbicara, bahkan peri. Setelah beberapa lama datang peri yang tadi bersama Gerald. Setelah melihat Bian, Gerald mempercepat langkahnya dan tersenyum.

"Yang terpilih." Gerald membungkuk dan mencium punggung tangan Bian. Peri yang lain yang menyadari hal itu, ikut membungkuk hormat.

"Apa kabarmu Gerald?" tanya Bian.

"Baik nona Bian."

"Kami ingin masuk ke dalam, apa bisa?" tanya Bian.

"Bisa tentu. Mari saya tunjukkan jalannya." Gerald mengangkat lengan kirinya. Bian menyambut lengan itu dan menggandengnya. Mereka berjalan bersama diikuti Jim dan James.

"Apa kalian harus bergandengan seperti itu?" tanya Jim yang bermuka masam.

"Dia selalu seperti ini saat aku kemari bahkan berjalan bersama, Jim. Jadi aku sudah terbiasa." jawab Bian bahkan tanpa melihat Jim. "Tunggu, kenapa kita melewati pintu masuk Gerald?"

"Saya akan mengajak anda berkeliling nona. Terakhir kali, anda hanya melihat kastil. Jadi saya akan menunjukkan kota kami yang indah."

Bian merasa itu tidak perlu karena dia tidak punya banyak waktu tapi dia merasa tidak enak untuk menolak Gerald. Dia memang belum melihat seluruh Aphellium. Hanya bagian kastilnya saja. Setelah beberapa lama dia masuk ke sebuah gerbang lain. Gerbang itu cukup berbeda dari yang sebelumnya. Sama-sama berwarna perak tapi lebih besar dan megah. Mereka melewati beberapa penjaga dan masuk ke dalam.

"Selamat datang di kota Aphellium."

Bian terperangah dengan keindahan kota itu. Bukan kota megah dan modern. Tapi masih dengan keasliannya. Beberapa rumah terbuat dari kayu, beberapa lagi dari dedaunan. Setiap halaman rumah penuh dengan berbagai macam bunga. Bian melihat bangunan yang cukup besar terbuat dari batu.

Yang terpilih : pangeran yang terkutuk (the Cursed Prince) Season 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang