"Inagius portespe sacuary"
Bian membaca mantra sambil menggerakkan tangannya. Terlihat simbol-simbol putih muncul di lantai. Emin terkejut dengan yang di lihatnya. Simbol putih itu terlihat bergerak. Bola mata Bian sudah berubah menjadi putih pekat. Bian mengangkat tangan kirinya lalu menggoyangkannya membentuk suatu pola.
"Eperupta sachiact"
Lalu giliran tangan kanannya.
"Edmentans xviatz"
Kini muncul simbol dikanan kiri depan dan belakang Bian dan mengelilinginya. Setiap kali orang bertopeng ingin mendekatinya, mereka seperti tersengat listrik. Tapi orang bertopeng itu tidak menyerah. Mereka seperti robot yang di program untuk mencapai tergetnya tanpa henti.
"Mereka tidak akan berhenti." sahut sebuah suara. Bian menatap Emin. Tapi Emin terlihat tidak mengatakan sepatah kata pun, melainkan sibuk terbelalak menatap mantra-mantra yang Bian buat. "Dan kau tidak akan bisa melakukan mantra itu terus menerus. Mantra itu berbahaya dan kamu akan kehabisan tenaga."
Alex muncul di sebelah Emin.
"Apa kamu tahu caranya?" tanya Bian.
"Seharusnya. Karena aku salah satu yang terpilih yang membuat kutukan itu." jawab Alex
"Beritahukan padaku." pinta Bian. Alex diam. Dia tampak ragu. "Alex? kau akan memberitahukanku?"
"Seharusnya aku tidak disini." gumam Alex.
"Apa maksudmu?" Bian tampak bingung dengan sikap Alex.
"Kau.... berbicara pada siapa?" giliran Emin yang bingung. Bian dari tadi berbicara tapi dia tidak mengerti apa yang Bian katakan. Terlebih, Bian tidak menatapnya saat berbicara.
"Aku tidak, tidak seharusnya di sini."
"Lalu kau akan pergi? Setelah kalian para yang terpilih meletakkan kutukan brengsek ini pada kota ini?!" pekik Bian.
"Kamu seharusnya tidak ikut campur sedari awal. Kau! Kau yang memulainya! Jika tidak.... Jika tidak kota ini akan tetap aman. Ini semua Gara-Gara kamu!"
"Hah! Kalian para yang terpilih, sejak awal melakukan kesalahan tapi tidak satupun dari kalian yang bahkan perduli untuk memperbaiki kesalahan kalian. Kau dan Maria, bahkan seluruh yang terpilih, sama saja. Pergilah! Seperti yang biasa kau lakukan."
Bian terus mencoba untuk menahan orang bertopeng. Dia sebenarnya tahu dia tidak akan bertahan. Tapi dia akan berusaha, setidaknya sampai semua orang aman.
"Tuan." panggil Bian pada Emin. Emin yang bingung nampak terkejut lalu menatap Bian. "Pastikan semua orang keluar dengan selamat. Aku akan bertahan, sebisaku."
"Tapi kau tidak akan--"
"Lakukanlah... Saya mohon."
Emin mengangguk dan segera pergi. Tiba-tiba tubuh Bian terhempas keras ke meja di belakangnya, mendorong meja itu hingga mejanya terjatuh. Bian ikut terjatuh. Bian segera bangkit dan menjauh. Bian membuat perisai putihnya lagi.
"Inagius portespe sacuary"
"Protespe"
Satu orang bertopeng terdorong cukup keras kebelakang. Bian mengarahkan sihirnya ke orang bertopeng lainnya. Mereka juga terdorong. Tetapi seperti robot, mereka kembali berdiri tanpa cedera atau jeda.
"Sial! mudahan mereka bisa segera mengevakuasi semua orang."
Bian mendorong orang-orang bertopeng itu terus menerus, agar tidak mendekat padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang terpilih : pangeran yang terkutuk (the Cursed Prince) Season 3
Fantasy[Young adult and minor romance] Please baca story yang pertama : babak pertama dan yang kedua : pemburu penyihir agar mengerti jalan ceritanya. Mendengar ada cara membunuh Darkness, Bian mulai berpetualang bersama Kate dan Gina untuk mencari benda...