Nick berdiri dalam diam tepat dibelakang air terjun. Terlalu banyak yang ada di pikirannya. Dia tidak memperdulikan air yang terciprat di pakaian dan wajahnya.
"Errr.." Bianca mengerang. Nick yang mendengar itu dengan segera mendatanginya.
"Bianca, kamu baik-baik saja?" dari raut wajah Nick, dia tampak khawatir pada adik perempuan satu-satunya. Bianca hanya mengangguk lalu kembali menutup mata dan membalik tubuhnya. Bianca terbaring di sisi api unggun yang Nick buat. Nick menghela nafas lalu kembali berdiri. Dia melihat ayahnya yang masih terduduk dalam diam dan Peter yang masih tidak sadarkan diri.
Whuss..
Lionel masuk ke dalam goa dengan sangat cepat. Dia membawa satu tas penuh kantong-kantong darah.
"Kanapa lama sekali? Apa ada masalah?" tanya Nick. Lionel memang sudah lama pergi.
"Mereka sudah menyadari kita melarikan diri dan mulai menyebarkan orang-orang mereka di seluruh jalan. Tapi aku berhasil membawa ini. Bagaimana mereka?"
"Dia masih tidak sadarkan diri, ayah... Aku tidak tahu, yang jelas dia masih hidup dan Bianca.. Dia tertidur tapi selalu mengigau."
"Aku kasihan padanya, dia pasti mengkhawatirkan Magnus." Lionel mengambil dua kantong darah dan langsung menuju ke Bianca.
"Kita tidak punya pilihan Lion."
"Aku tahu. Tapi yang aku takutkan.. Mereka akan melakukan sesuatu pada Magnus saat kita pergi."
Nick terdiam. Ya, dia mengkhawatirkan itu juga. Lionel membuka tutup kantong darah dan mengangkat kepala Bianca sedikit lebih tinggi, agar darah bisa langsung masuk. Bianca mulai sadar saat darah sudah masuk ke dalam tubuhnya. Lionel menyerahkan kantong kedua pada Bianca. Nick berjalan menuju ayahnya dengan sekantong darah. Nick membuka tutup kantong itu dan berjongkok sambil menyerahkan darah itu. Theodor masih diam. Matanya masih tertutup rapat.
"Minumlah ayah." sahut Nick pelan. Theodor masih diam. Nick menghela nafas dan hendak berdiri. Dengan cepat Theodor mencekiknya dan mendorong tubuh Nick di dinding. Wajahnya sudah berubah sangat mengerikan. Matanya yang merah menyala seakan bisa menelan mereka dengan satu suapan. Lionel dan Bianca terkejut. Mereka menjauh dari Nick dan Theodor dengan kengerian di wajah mereka.
"Kau.... Kau yang membuat semua ini terjadi!" sahut Theodor. Nick tidak bisa berbicara apapun karena meskipun Theodor di beri racun dan tidak makan selama beberapa hari, dia tetap vampir yang sangat kuat.
"Ayah, hentikan..." pinta Lionel. "Ini semua bukan karena Nick, tapi karena wanita jalang itu!"
Theodor menoleh pada Lionel dengan marah. Melihat kesempatan itu, Nick dengan cepat mendorong tubuh ayahnya hingga terhempas didinding. Kini giliran Nick yang menekan tubuh Theodor di dinding.
"Selalu, seperti biasakan? Selalu menyalahkanku. Ayah pikir jika aku tidak keluar, mereka tidak akan melakukan ini semua? Apa ayah tidak mengenal Mora?! Apa sebenarnya yang membutakan mata ayah?!" pekik Nick. "Aku tidak perduli jika dibalik semua ini adalah Peter. Aku bisa mengatasi anak kesayangan ayah itu. Tapi ini adalah Mora! Ayah tahu betul bagaimana dia. Dia yang menciptakan kita dan dia juga yang bisa menghancurkan kita! Jadi setidaknya bekerja samalah! Aku tahu ayah membenciku tapi ini demi kepentingan kita semua."
Theodor terdiam. Dia terlihat bingung dan linglung. Nick yang melihat Theodor mulai tenang, melepaskannya. Nick menyerahkan kantong darah yang sedari tadi di pegangnya. Theodor hanya menatap kantong itu dan langsung duduk kembali.
"Minumlah. Ayah butuh tenaga." sahut Nick. Theodor hanya diam.
"Sudahlah Nick. Dia tidak akan minum kecuali langsung dari manusia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang terpilih : pangeran yang terkutuk (the Cursed Prince) Season 3
Fantasy[Young adult and minor romance] Please baca story yang pertama : babak pertama dan yang kedua : pemburu penyihir agar mengerti jalan ceritanya. Mendengar ada cara membunuh Darkness, Bian mulai berpetualang bersama Kate dan Gina untuk mencari benda...