Andreas

1.3K 131 23
                                    

Bian masih menggetar hebat. Tubuhnya seakan tidak mau berhenti. Nick hanya menatap Bian dalam diam. Dia begitu terkejut saat ini.

"Tidak ada cara lain." gumamnya.

Nick mengangkat tubuh Bian ke pangkuannya setelah Bian berhenti bergetar hebat. Dia ragu tapi dia harus melakukannya jika dia ingin Bian tetap hidup. Nick menyibakkan rambut Bian dan menatap lehernya. Nick harus menghisap racun Peter keluar yang artinya dia juga akan menghisap darah Bian. Yang dia takutkan adalah jika dia tidak bisa berhenti. Nick menutup matanya sejenak, menenangkan pikirannya.

"Aku harus bisa berhenti, aku harus bisa berhenti."

Nick mengeluarkan taringnya dan segera menancapkan pada leher Bian. Rasanya manis dan asam, karena bercampur racun. Racunnya sudah mulai menyebar keseluruh tubuh Bian. Jadi harus menghisapnya lebih banyak.

Rasa darah Bian masih manis dan asam. Tapi lama kelamaan rasanya hanya manis dan manis dan Nick masih belum juga berhenti. Nick masih terus saja menghisap darah Bian sampai akhirnya Bian lemas.

Nick secara tiba-tiba melepaskan gigitannya. Dia segera berdiri sambil menatap Bian. Nick menjambak rambutnya sendiri dan mengutuk dirinya. Nick mengusap darah di mulutnya lalu mendekati Bian. Dia memeriksa apa Bian masih hidup atau tidak.

"Dia masih hidup. Dia masih hidup. Tapi lemah sekali."

Nick menggigit tangannya hingga luka dan mengeluarkan darah. Dia meneteskan darahnya di mulut Bian. Bian masih tetap tidak bergerak dan tidak sadarkan diri. Nick mulai putus asa. Tanpa sadar matanya menatap leher Bian. Wajahnya kembali berubah dan mengeluarkan taringnya.

"Tidak... Tidak... Kau gila Nick!" Nick memukul kepalanya lalu segera pergi menjauh sejauh yang dia bisa.

******

Matahari bersinar terang dan hangat. Cahayanya menyilaukan mata Bian. Bian perlahan membuka matanya, mengangkat tangan kirinya untuk menghalangi cahaya matahari yang menyilaukan matanya. Bian duduk perlahan. Dia terdiam. Dia terkejut.

"Uhmm... Aku di mana?"

Bian duduk di atas rumput hijau. Beberapa bunga cantik beraneka warna di beberapa tempat. Di sekeliling Bian pepohonan yang hijau dan rimbun.

"Di.. Di mana aku? Ini aneh.."

Bian berdiri perlahan. Dia masih menatap sekelilingnya dengan bingung. Dia ingat, dia seharusnya berada di pantai bersama Nick.

"Nick?" panggil Bian. Tidak ada jawaban. Hanya suara burung yang terdengar dan angin berhembus lembut.

"Nick, kamu di mana??"

Tetap tidak ada jawaban. Mata Bian tertuju pada apa yang dia kenakan. Bukan gaun lusuh panjang yang semalam dia kenakan, tapi baju terusan berwarna putih dan berbahan selembut sutra.

"Apa... Aku sudah mati?"

"Tidak, kamu masih hidup." sahut satu orang membuat Bian tersentak kaget dan menoleh.

Sudah ada satu pria tampan berdiri agak jauh di depannya. Rambut pendek berwarna hitam, tinggi semampai. Dia mengenakan pakaian berwarna putih juga.

Pria itu tersenyum kemudian berjalan mendekati Bian. Bian yang waspada mulai berjalan mundur.

"Oh.. Tenang... Aku tidak akan menyakitimu."

"Kita tidak tahu itu. Lagipula aku tidak mengenalmu."

"Aku tidak akan menyakitimu, nona. Namaku Andreas." pria itu mengulurkan tangannya. Bian menatap tangan itu sejenak.

"D-dimana aku?" tanya Bian tanpa menghiraukan uluran tangan Andreas. Andreas menarik tangannya.

Yang terpilih : pangeran yang terkutuk (the Cursed Prince) Season 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang