Nick sudah berdiri di depan pintu kastil itu. Dia sudah berdiri selama lima belas menit tanpa berbicara atau melakukan sesuatu. Dia tahu apa yang akan di lakukannya akan membuatnya dalam masalah tapi tidak ada jalan lagi. Dia tidak ingat apapun tentang bukti-bukti itu. Hanya satu, satu yang selalu di ingatnya. Gadis itu.
"Falvan? Falvan! Apa kau dengar?" panggil Nick akhirnya. Hening, Tak ada jawaban. "Astaga jawablah goblin bodoh! Aku tahu kau mendengarku!"
Kreeekk...
Terdengar suara pintu terbuka.
"Sa-saya mendengar anda tuan tapi siapa anda? Bagaimana anda tahu nama saya?" sahut Falvan dari dalam kastil.
"Ini aku bodoh. Nick, pangeran Gereera."
"Nick? Pangeran Nick? Benarkah? Tapi anda tidak terlihat--"
"Karena para penyihir merubahnya agar tidak ada yang mengenalinya." kali ini Gina yang menjawab.
"Bagaimana kabar anda nona? Apa Falvan memperlakukan anda dengan baik?" tanya Nick. Sejujurnya dia merasa kasihan pada Gina yang harus menggantikannya.
"Baik, tuan Falvan juga memperlakukanku dengan baik. Bagaimana? Apa kalian berhasil? Dimana Bian?"
"Bian sedang melakukan hal yang penting. Kami belum berhasil."
"Tapi waktu kalian--"
"Kami tahu. Karena itu aku kemari."
"Apa hubungannya-- tunggu, bukti itu ada disini? Selama ini?"
"Aku harap begitu."
"Kamu harap? Kenapa terlihat tidak yakin seperti itu?" Gina mulai panik.
"Aku tidak ingat, sungguh. Dan Bian tidak bisa membuatku ingat."
"Apa sudah menggunakan mantra ingatan?"
"Aku tidak mengerti mantra apa itu, yang jelas Bian melakukan sebuah mantra tapi mantra itu justru membuat kami pergi jauh ke masa lalu."
"Ma-masa lalu? Bagaimana bisa?"
"Ceritanya panjang. Seperti yang kamu katakan, waktu kita sedikit. Aku kemari untuk mengambil bukti itu. Aku sungguh berharap aku tidak pernah melakukan ini tapi... Aku tidak punya jalan lain. Falvan, bawa peti itu kemari."
"Peti? Peti apa yang anda maksud pangeran?"
"Kau tahu. Peti berisikan wanita itu."
"Tapi... Untuk apa?"
"Apa kau harus selalu bertanya? Lakukan saja!"
"Ba-baik pangeran." Falvan tergesa-gesa menuju peti itu berada.
"Tidak bisakah kau bersikap baik padanya? Atau setidaknya bicaralah dengan sopan. Dia sudah sangat baik dan bersabar denganmu." Gina menjadi kesal karena Nick.
Nick hanya diam saja. Pikirannya penuh dengan hal lain. Dia tidak punya waktu untuk berkelakuan baik atau bertutur kata sopan. Tak lama Falvan kembali bersama peti yang melayang di sisinya.
"Ini peti itu pangeran." sahut Falvan.
"Buka petinya." sahut Nick. Nick masih berada di luar kastil. Falvan menurut dan membuka peti itu. Gina terkejut.
"Siapa dia? Kenapa ada wanita di dalam itu? Tunggu, apa dia.. Apa dia vampir juga?"
Tanpa menjawab pertanyaan Gina, Nick melemparkan dua kantung berisikan darah. Gina menatap tidak percaya.
"Nona Gina, apa kau cukup cepat? Atau sihirmu kuat?" tanya Nick.
"Apa maksud pertanyaan itu?"
"Aku akan menghidupkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang terpilih : pangeran yang terkutuk (the Cursed Prince) Season 3
Fantasi[Young adult and minor romance] Please baca story yang pertama : babak pertama dan yang kedua : pemburu penyihir agar mengerti jalan ceritanya. Mendengar ada cara membunuh Darkness, Bian mulai berpetualang bersama Kate dan Gina untuk mencari benda...