🕸60 | From Me To You

2.8K 134 71
                                    

Ini endingnya! Semoga mengesankan yaa... jangan lupa vote dan komen oke?😉

Air mata Selin terus mengalir karena Sadena belum kunjung mengingat apa pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Air mata Selin terus mengalir karena Sadena belum kunjung mengingat apa pun. Bahkan sahabat dekatnya Ankaa. Cowok itu sekarang sedang memanggilkan dokter untuk Sadena.

Hingga kini Selin setia berdiri di samping ranjang cowok itu.

"Dena jangan membuat kita semua takut. Kamu pasti bisa, ayo coba diingat lagi," bujuk Vega.

Sadena hanya meneguk ludah sembari menatap kosong ke langit-langit ruangan. Bibirnya sedikit pucat sedangkan ekspresinya benar-benar menunjukkan bahwa cowok itu sedang bingung.

Rasanya begitu menyakitkan saat khayalan Sadena bangun dan langsung memeluknya, hilang dalam sekejap.

"Jangan dipaksa, Ve. Mungkin Dena memang nggak ingat apa pun," ujar Selin kecewa. Dia memang tidak mau memaksa jika nanti itu hanya menambah pusing kepala Sadena. Kasihan. Cowok itu terlalu banyak terluka. "Aku ikhlas, aku nggak mau membenani Dena."

"Sabar ya, Sel. Kita tunggu sampai dokter datang." Vega mengusap pundak gadis itu.

Selin mengangguk pelan. "Aku mau ke toilet dulu bentar."

Jangan kira Selin sedang menahan buang air, tapi dengan ke sana ia merasa bisa menangis sepuasnya tanpa menganggu yang lain. Sebab dadanya terasa sangat sesak, dan air matanya mendesak agar terus mengalir.

Ini baru beberapa orang yang tau, lalu bagaimana dengan orang tua Sadena serta Sadava? Mereka pasti sangat sedih.

"Maaf," Namun baru selangkah pergelangannya di tahan. Bukan Vega, tapi Sadena. Selin pun tergelak dan pandangannya jatuh ke wajah melas cowok itu.

"Berhenti menangis. Gue nggak suka liat cewek nangis."

Seperti mendapat sebuah harapan baru, Selin berbalik badan sempurna menatap Sadena. "Kamu--"

Tangan Sadena yang tadi menahan pergelangannya kini naik dan perlahan menjangkau pipi basah Selin. Mengusapnya penuh kelembutan.

"Keong."

Selin membelalak, terkejut bercampur senang.

Sadena terkekeh pelan, "Bener kan? Lo ingat panggilan gue dulu nggak? Lo keong lemotnya gue." Lalu Sadena tersenyum. "Selindya Destira."

"Dena udah ingat?" Selin memastikan.

"Coba katakan apa yang mesti gue lupain dari lo, Sel?"

"Tadi katanya--"

"Shtt." Sadena menempelkan telunjuknya ke bibir gadis itu. Dapat Selin rasakan jari Sadena agak dingin. "Gue bosan denger lo nanya terus. Gue cuma bohong barusan."

"Dena nakal banget sih?! Nggak lucu tau!" Maka bibir Selin mengerucut sebal. Namun akhirnya merasa begitu lega.

"Iya Den, lo bikin semua orang takut." Vega menambahkan.

SadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang