Hayu baca. Part ini penuh kejutan loh. Xixixi.
Don't forget vote dan komen😄
Entah berapa lama sudah ia terbaring di ranjang UKS. Lalu saat membuka mata Selin menemukan sekitarnya sepi dan tidak ada satupun manusia disini.
"Duh." Cewek itu merintih sembari memegangi kepalanya. Selin perlahan bangun meski ada rasa sedikit pusing. Selin pun mencoba mengingat apa yang mengakibatkan dirinya berakhir ke sini.
Oh ya, tadi ia dihukum dan kemudian...
"Ah nggak ingat," gerutu Selin. Bibirnya mengerucut sebal.
Selang sekon dari ambang pintu terdengar seruan seseorang.
"Cakep nih tuan putri Dena bangun!" Itu Ankaa yang datang bersama Marsha. Wajah keduanya ceria lain dengan Selin yang mengernyit penuh tanya.
"Emang tadi aku kenapa?"
"Pingsanlah, lo nggak ingat?" tanya Ankaa. Dan saat itu juga ia langsung memberitahu Sadena.
Marsha mengangguki. Ia duduk di bibir ranjang sedangkan Ankaa memilih berdiri.
"Kamu ditemukan nggak sadarkan diri sama salah satu siswi, Sel. Makanya kamu dibawa ke sini," ungkap Marsha. Pandangannya jatuh ke tangan Selin yang kini terdapat bintik-bintik merah. "Kayaknya, kamu nggak tahan panas matahari ya?"
Selin mengangguk. Memang sejak kecil ia alergi panas matahari dan selain itu, ia tidak bisa berlama-lama di bawah terik karena kepalanya pasti pusing.
"Pantesan kulit kamu jadi merah-merah."
"Macem bule aja," desis Ankaa.
"Entah, sejak kecil emang begini tapi aku lupa ngasih tau kalian. Hehe." Selin nyengir lucu.
"Ingat. Lain kali seenggaknya pakai topi. Kasihan kulit kamu," kata Marsha perhatian.
Selin tersenyum lebar. "Makasih ya, Sha."
"Nih tas elo, untung dijagain sama Vega," ujar Ankaa memberikan tas pink milik Selin. Cewek itu senang hati menerima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadena
Teen Fiction[WARNING! CERITA MENYEBABKAN HALU BERAT, BAPER SAMPAI URAT, DAN MENGUMPAT] "Jangan kasih tau siapa pun kalau gue petinju. Oke?" Sadena Rasya Arcandra, cowok paling galak, dingin dan penuh teka-teki yang pernah Selin temui. Perkataannya nyelekit dan...