🕸52 | Skeptis

1K 94 46
                                    

Lama tidak up. Hehe. Maklumlah tugas🙂

Vote dan komen yaa.

Sayang kalian celalu❤❤

Semoga luka yang kita terima hari ini, berganti oleh bahagia di esok hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semoga luka yang kita terima hari ini, berganti oleh bahagia di esok hari.
🌺🌺🌺

Sudah semacam tradisi, jika Jona berhasil menyelesaikan tugas yang Zoe perintahkan maka mereka selalu merayakan sebuah pesta kecil-kecilan.

Seperti saat ini, keduanya tanpa merasa berdosa saling bertos ria lalu menenggak sebotol minuman. Tak sungkan sekaligus, Zoe mengajak kelima teman petarungnya berfoya-foya. Pria itu memang kelihatan miskin, tapi nyatanya tidak. Zoe memiliki banyak uang dari hasil bermain judi.

Meletakkan botolnya ke meja, Zoe menghampiri Jona yang nyaris tepar di sofa seberang. Oleh teman-temannya yang lain, rumah pria itu disulap jadi tempat karaoke malam.

"Sepuluh juta, kurang?" ucapnya sembari menyodorkan amplop tebal.

Jona mengangkat sedikit kepalanya dan merampas amplop itu cepat. "Ya jelaslah, pelit banget lo."

"Tai uler!" Zoe berdecak, ia mengeluarkan sebuah amplop lagi di balik kaosnya. Meski amplop itu kelihatan lebih tipis dari amplop pertama, Jona tidak mau menyia-nyiakannya.

"Sini!" Jona hendak meraih amplop itu namun ditepis cepat oleh Zoe.

"Sabar gila!" tukasnya. Zoe memajukan wajah lalu berbisik. "Satu tugas lagi baru gue kasih."

--Sadena--

Sadava mengernyit kala ia baru saja memasuki rumah. Tidak ada orang. Sepi. Kecuali TV besar yang menyala tanpa penonton di sudut ruang.

"Lah, pada kemana nih? Pergi nggak ngajak-ngajak," gumamnya. Sadava menggeleng beberapa kali lalu melepas sepatu dan menaruhnya di rak samping pintu.

Saat berbalik badan, betapa terkejutnya Sadava ketika menemukan seorang cewek berhoodie pink tengah menuruni tangga. Binar kagumnya menyorot penampilan cewek itu mulai atas ke bawah.

Seksi.

"Anjoy bidadari! Jatuh darimana neng?"

Laura hanya tersipu malu, astaga! Sadava ternyata tidak kalah tampan dari Sadena. Ia terus melangkah sampai di depan Cowok itu

"Laura," Ia mengulurkan tangannya, Mengajak berjabatan. "Anaknya om Dirga."

Sadava mengangguk-ngangguk, ia menerima uluran tangan Laura, mereka berjabatan sebentar lalu Sadava yang masih bingung itu pun berkata, "Setau gue Om Dirga cuma punya anak namanya Alvar."

"Gue anak adopsi, satu tahun sebelum Alvar lahir."

"He?" Sadava terkejut, istilah 'anak pancingan' langsung terlintas di benak cowok itu dan tentu Sadava merasa tidak enak hati karena perkataannya barusan. "Sorry ya gue nggak bermaksud tadi."

SadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang