🕸13 | Bimbang

1.9K 143 1
                                    

Vote dan komen yaaa. Semoga suka.
Share juga cerita ini ke teman2...😙

"Jangan kasih tau siapa pun kalau gue petinju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan kasih tau siapa pun kalau gue petinju."

Ungkapan Sadena barusan membuat kening Selin mengernyit. Bahkan alisnya hampir menyatu. Sebenarnya, Selin sedang berusaha melupakan hal itu, karena ia takut Sadena akan marah kalau ia terlalu mencampuri urusan cowok itu. Semalam saja, Sadena membentaknya dengan kasar. Dan itu cukup membuatnya jera.

Selin mengusap dagunya sesaat, ia bingung harus bagaimana. Di satu sisi, ia kasihan pada Sadena, sementara di sisi lain. Ia merasa permintaan Sadena adalah kesempatan emas. Ya, kesempatan untuknya membalas dendam. Karena Sadena terlalu sering mengomel hingga kupingnya panas.

"Mau nggak ya?" celetuk Selin setelah terdiam beberapa saat. Tatapannya begitu jahil, dan ia nyengir.

Sadena menghela napas berat. "Mau-mau aja napa," sahut Sadena. "Beres."

"Terus untungnya apa kalau gue iyain?"

"Nggak ada," Sadena menggidikan bahunya acuh. "Jangan mikir yang aneh, gue cuma minta lo diem. Udah beres. Gue nggak akan kasih lo imbalan apa pun."

"Curang namanya," kata Selin.

"Curang apalagi sih?!" Tandas Sadena. Kedua alisnya menukik tajam.

Selin tersenyum. "Seharusnya, gue dapat imbalan. Supaya gue bisa tutup mulut."

"Lo nyogok gue?"

"Ish, bukan itu maksudnya, Dena." Selin menabok lengan Sadena. "Kita harus menerapkan simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan. Antara lo dan gue."

"Najis amat filosofi lo."

"Duh, Dena. Dengerin dulu," Kesal. Selin mencubit perut Sadena sesaat. Cowok itu menepis tangannya kasar. Pasalnya, cubitan Selin itu lumayan sakit sampai perutnya terasa panas.

"Apaan sih cubit-cubit gue?!"

"Abisnya bikin kesel," jawab Selin. Bibirnya mengerucut, terlihat lucu. Tapi di mata Sadena, itu sangat menyebalkan. "Pinter tapi otaknya lemot."

"Heh!" Sadena melotot.

Selin mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan. "Becanda, hehe."

"Jadi gimana?" tanya Selin lagi.

Sadena menatap cewek itu tanpa ekspresi. "Yaudah."

"Yaudah apa?"

"Lupain aja."

"Yah, kok gitu?" Selin cemberut. Tapi beberapa detik kemudian cewek itu tersenyum lebar. "Kalau gue keceplosan gimana?"

"Lo sengajain."

"Ya kan gue temennya banyak. Kadang tuh ngobrolnya bisa melebar kemana-mana," goda Selin. Ia terkikik kecil. Namun terdiam beberapa detik kemudian, ia teringat sesuatu. "Eh, tapi... kata lo kan nggak boleh kasih tau siapa pun. Ankaa termasuk?"

SadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang