🕸7 | Pentas Drama

2.4K 166 2
                                    

Vote dan komen yaa... semoga suka.

Bermenit-menit posisi mereka tetap sama seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bermenit-menit posisi mereka tetap sama seperti itu. Selin diam tak bergerak atau pun membalas pelukan Sadena. Cowok itu semakin mengeratkan pelukannya. Semakin bingung pula Selin kenapa Sadena memeluknya secara tiba-tiba. Di depan toilet pula.

"Dena."

"Diem, bawel."

Seketika Selin bungkam. Ini sangat tidak baik untuk mereka. Terutama untuk kesehatan jantung Selin. Sedari tadi jantungnya jedag jedug tak karuan. Selin keki. Pipinya memerah seperti pipi bayi.

Sadena sendiri tidak punya pilihan. Ia harus melindungi Selin dari manusia berbahaya bernama Zoe dan Jona. Kenapa bahaya? Nanti kalian tau sendiri.

Perlahan Sadena menoleh ke belakang, matanya menyipit sambil memandang ke depan kafe. Kosong. Zoe dan Jona ternyata sudah pergi. Barulah Sadena menghembus lega dan melepaskan pelukannya dari Selin. Parahnya, Sadena mendorong bahu Selin hingga cewek itu jatuh. Pantatnya mendarat mulus.

"Aww," ringis Selin. Mengelus pantatnya. Ia menatap Sadena dengan hidung kembang kempis. "Ish. Tega banget sih. Sakit tauu. Baru aja peluk-peluk udah jahat lagi." Selin sebel

Sadena mengangkat bahu acuh lalu memasang helm dan menaiki motornya. "Nggak usah berisik! Cepet naik!"

Menghentakkan kaki kesal, Selin akhirnya menaiki motor Sadena sambil cemberut. Saking kesalnya, cewek itu mengambil jarak yang jauh untuk duduk. Di ujung, supaya tidak berdekatan dengan Sadena.

"Tolol, jangan salahin gue kalau lo jatuh."

--Sadena--

Motor Sadena akhirnya memasuki kawasan sekolah. Cowok itu memarkirkan ninja kesayangannya itu di tempat parkir yang telah disediakan. Sadena memilih area yang banyak kosong untuk menghindari lecet akibat bergesekan dengan motor yang lain.

Selin pun turun lebih dulu dan menunggu Sadena melepas helm. Namun, setelah cowok itu turun dari motor ia malah ditinggalkan begitu saja.

"Ishh..." Selin geram. Ia lalu menyusul Sadena yang udah jalan duluan. Tiba di samping cowok itu, Selin menabok lengan Sadena. "Tega banget sih gue ditinggalin mulu."

"Berisik!" Sadena yang tadinya memandang sekeliling terganggu. "Lo itu udah gede jadi nggak usah manja. Apa-apa pake minta ditungguin. Apa-apa minta ditemenin. Otak lo dimana sih? Belajar mandiri!"

"Ih iya-iya. Nggak perlu ceramah juga kali," ucap Selin lalu ia bersedekap. Memilih memandang sekitar daripada memandang wajah Sadena yang ganteng tapi menyebalkan itu.

Suasana sekolah juga sangat ramai. Terlebih, ketika mereka berjalan menuju pintu aula untuk menyerahkan tiket masuk. Banyak sekali orang yang mengantri untuk menyerahkan tiket tersebut. Selin jadi bingung. Karena ada tiga antrian di depannya sekarang.

SadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang