Up lagi nih!! Semoga sukaa...❤
Seperti biasa, komen ya. Hehe...😁
Perasaan itu harus disadari lebih cepat sebelum semuanya terlambat.
🌺🌺🌺Suara peluit terdengar sebanyak tiga kali. Itu artinya semua murid diminta berkumpul. Selin baru saja beringsut turun dari gazebo namun, Marsha menghampiri dan langsung menahan lengannya.
Selin menoleh dan menatap cewek itu. "Kenapa, Sha?"
"Lo udah ngelakuin apa yang gue minta?" tanya Marsha. Sebenarnya ragu. Takut Selin merasa terkekang karenanya.
Tetapi, cewek itu justru tersenyum tipis dan mengangguk. "Udah, dan jawaban Dena tetap sama. Dia nggak mau ngasih tau gue alasannya."
Marsha menghela napas. Sekali lagi ia merasa gagal.
Menyadari raut Marsha berubah kecewa, Selin menyentuh pundak cewek itu. "Lo tenang aja. Gue bakal berusaha membujuk Dena. Nggak usah khawatir, oke?"
Marsha mengangguki. Ia merasa sangat beruntung mengenal Selin. Cewek itu menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman.
"Senyumm."
"Makasih ya, Sel." Gue harap lo adalah orang yang tepat untuk memecahkan masa lalu gue, lanjut Marsha dalam hati.
"Sama-sama. Kita kan temen. Sesama temen harus saling membantu."
--Sadena--
Setelah mengikuti senam pagi, kegiatan selanjutnya diisi dengan menyusuri hutan. Sebelum itu semua kelompok berbaris rapi membentuk dua barisan ke belakang. Cewek dan cowok terpisah.
"Sel, mau baris di sebelah gue nggak?" tawar Ankaa yang berbaris di depan Sadena. Di sampingnya ada Vega.
Selin mengerjap sekali, ia menatap Sadena yang berbaris di sampingnya. Cowok yang di lehernya menggantung kamera itu melirik sekilas lalu membuang muka.
"Boleh gitu?" tanya Selin.
"Boleh. Emang siapa yang melarang?" sahut Ankaa. Sengaja memanasi Sadena. Ia menatap Vega. "Selin boleh tukeran sama lo, Ve?"
Vega yang memang tidak keberatan pun menurut. "Boleh. Ayo, Sel."
"Nggak!" tukas Sadena tidak terima. Ia menahan lengan Selin dan menatap cewek itu tajam. "Lo di sebelah gue aja napa. Ribet amat!"
Hening. Ankaa dan Vega saling pandang lalu tersenyum. Mereka paham Sadena sedang cemburu. Sementara Selin menunduk, pipinya memerah malu.
Ankaa berdehem. "Emang kenapa, Na? Biasanya lo risih tuh di dekat Selin."
"Siapa bilang gue risih?" tandas Sadena. Ia menghempaskan kasar lengan Selin. "Lagian ngapain sih pindah-pindah? Lo udah pas di sebelah gue."
"Gue maunya sama Ankaa," sahut Selin seraya melipat tangan di dada. "Gimana dong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadena
Teen Fiction[WARNING! CERITA MENYEBABKAN HALU BERAT, BAPER SAMPAI URAT, DAN MENGUMPAT] "Jangan kasih tau siapa pun kalau gue petinju. Oke?" Sadena Rasya Arcandra, cowok paling galak, dingin dan penuh teka-teki yang pernah Selin temui. Perkataannya nyelekit dan...