🕸27 | Dandelion

1.6K 124 20
                                    

Vote dan komen yaaa semoga sukaa...
Ajak juga temen2 buat baca...
Share dengan cara klik bagikan dan kirim ke profil👌
Play music di mulmed-Charlie Puth-How Long🎵

Share dengan cara klik bagikan dan kirim ke profil👌Play music di mulmed-Charlie Puth-How Long🎵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selin kedinginan gara-gara Sadena, bibirnya gemetaran sampai sekarang. Selin bersumpah, ini rekor pertamanya mandi pukul setengah enam pagi. Satu jam lebih cepat dari biasanya. Kalaupun terpaksa, Selin pasti meminta air hangat dulu pada Raya.

"Brrr shttt. Di-dingin bangett," cicit Selin terbata-bata. Khas orang kedinginan. Ia menunjuk wajah Sadena. "A-was yah. De-na. Shtt. Gu-e ba-les entar."

Meskipun telah memakai tiga lapis baju, mulai dari tanktop, seragam olahraga yang berbahan tebal, hingga lapisan yang paling luar, sweaternya. Selin masih merasa kedinginan.

Sadena mendengus geli. "Seger kali. Gue ngelakuin ini juga demi kebaikan lo. Supaya lo terbiasa mandi pagi. Dan asal lo tau, mandi waktu pagi itu bagus untuk kesehatan," jawab Sadena. "Makanya mulai dari sekarang lo harus nerapin itu."

"Yang ada gue malah beku tauuu," gerutu Selin sambil memeluk lengannya. Ia duduk menekuk lutut sama seperti Sadena. Sambil memandang air danau yang tenang di depan sana. "Lagian, airnya dingin banget. Beda sama air di rumah gue. Angetan dikit."

"Banyak protes," Sadena melotot sembari menyentil kening Selin. "Sebenarnya lo pernah camping nggak sih?"

Selin mengangguk. "Yaiyalah pernah, waktu gue SMA di Jakarta. Tapi nggak kayak gini campingnya. Ribet!" katanya. "Terus karena campingnya cuma di sekolah. Mama mudah buat bolak-balik. Bawain gue es krim. Susu. Air hangat. Pokoknya, semua yang gue mau."

"Manja," cibir Sadena. Ia memandang Selin dari atas ke bawah, lalu tersenyum smirk. "Pantesan kebawa sampai sekarang. Yaudah sana! Kalau lo mau enak. Pulang ke rumah lo sono."

"Tuh, kan. Padahal gue cuma curhat doang." Selin cemberut. Ia menabok lengan Sadena. Mereka sekarang berada di tepi danau kecil tidak jauh dari tenda. Hanya berdua. "Dena nyebelin banget sih ih!"

Cowok yang disebut itu hanya menggidikan bahu. "Makanya. Jadi perempuan itu jangan manja. Umur lo udah tujuh belasan tahun, kan? Harus berani mandiri. Gimana nanti seandainya lo ditinggal pergi sama kedua orang tua lo? Mau jadi sampah yang nyangkut di kehidupan orang? Atau mau jadi gembel?"

"Umur gue baru enam belas yaa." Selin meledek Sadena. Lalu terkikik dengan nada menyebalkan. "Muda. Nggak kayak lo, tua. Hahaha."

"Heh!" Sadena menarik singkat kepang Selin hingga cewek itu mengaduh. Ya, hari ini Selin mengepang satu rambutnya dengan karet berpita merah jambu. Tampak cute sekali. Sadena pun ingin mengakui, tapi gengsi.

"Galak," cibir Selin. Melirik Sadena sinis. Cewek itu mengusapi kepalanya yang lumayan sakit. "Pantesan nggak ada yang mau sama lo."

"Nggak usah ngalihin topik."

SadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang