Hai-hai. Mau nanya dong? Apa alasan kalian bertahan membaca cerita ini?
Dijawab ya. Supaya aku nggak penasaran dan bisa intropeksi. Hehe😄
Puas menjelajah Lampion Park selama hampir satu jam, Selin mengeluh ngantuk pada Sadena. Cowok itu pun memutuskan mengakhiri kencan mereka.
Kini keduanya berjalan menuju parkiran. Setibanya di depan mobil Sadena, Selin dengan mata menahan kantuk mendaratkan pantatnya di kursi samping kemudi usai Sadena membukakan pintu mobil untuknya.
"Lo tunggu di sini dulu, gue beli mineral sebentar, oke?"
Selin mengangguk sekilas lalu memejamkan mata. Cewek itu terlihat mengantuk sekali.
Sadena pun menutup pintu mobil kemudian buru-buru menuju penjual minuman yang berada tidak jauh dari area parkiran taman. Selesai membeli, Sadena melangkah cepat menuju mobilnya namun, belum masuk parkiran langkahnya dihadang oleh seseorang.
"Eits jangan terburu-buru, bro. Cewek lo aman," kata Jona tersenyum smirk. Pria berambut gimbal itu mencekal lengan Sadena.
Sadena melirik malas cekalan Jona, menghempaskannya kasar. "Lo mau apa sih? Berhenti ngikutin gue, Jona!"
"Sabar, Man.... Kita main damai aja. Gue cuma pengen ngasih kabar ke elo," jawab Jona santai.
Sadena berdecak sebal. Ia diam mendengarkan kalimat Jona berikutnya.
"Gue bisa sih nyamperin lo dari tadi. Tapi gue kasihan sama cewek lo. Baik hati, kan gue?" Kemudian, Jona mengepulkan asap rokoknya ke udara.
Sadena melotot. "Bacot, nying. Tinggal ngomong cepetan!"
Jona tertawa pelan melihat Sadena mulai tersulut, kemudian Jona merogoh gawai di saku celananya.
Sadena mengernyit, heran apa yang pria itu ingin tunjukan. Semua terjawab kala Jona memperlihatkan foto yang terpampang di layar gawai pria itu.
"Lo liat ini siapa?" Telunjuk Jona yang bebas--tidak memegang rokok menunjuk seorang cowok berseragam putih abu yang tengah mencengkram kerah Zoe di fotonya. Pupil Sadena membesar seketika.
Dava?
"Kembaran lo udah berani nonjok sahabat gue sore tadi," imbuh Jona menahan kesal. Ia menyimpan kembali gawainya.
Sadena langsung terdiam tak percaya, jadi luka lebam yang diterima Sadava adalah hasil adu fisiknya dengan Zoe? Sadena benar-benar tidak menduga. Tapi camkan satu hal, Sadava bukan orang yang cepat tersulut emosi. Maka Sadena menyimpulkan, Zoe lah yang lebih dulu memancing amarah kembarannya itu.
Meminta penjelasan Jona bukanlah pilihan tepat, Sadena memutuskan pergi namun baru selangkah bahunya kembali ditahan.
"Eits, gue belum selesai, bro. Lo nggak bisa pergi seenak udel," kata Jona. Sadena berbalik menatap Zoe seraya meremas botol mineralnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadena
Teen Fiction[WARNING! CERITA MENYEBABKAN HALU BERAT, BAPER SAMPAI URAT, DAN MENGUMPAT] "Jangan kasih tau siapa pun kalau gue petinju. Oke?" Sadena Rasya Arcandra, cowok paling galak, dingin dan penuh teka-teki yang pernah Selin temui. Perkataannya nyelekit dan...