🕸46 | Pertarungan (1)

1.1K 103 63
                                    

Mungkin ini part yang ditunggu2 kalian.

Semoga suka yaa💖❤ Komen juga.

Follow me first. Biasanya kalo telat update karena ada kesibukan, aku pasti menginfokan di wall aku. Jdi follow ya, biar tau info update.

Sore ini, hujan turun lumayan deras, mengguyur daerah kota Bandung dan sekitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sore ini, hujan turun lumayan deras, mengguyur daerah kota Bandung dan sekitarnya. Alhasil, Sadava melarang keras Marsha yang ingin berangkat kerja. Ia meminta pacarnya itu duduk manis di rumahnya saja sembari menunggu hujan reda.

"Dava ish! Sakit tau!" kekeh Marsha sambil menurunkan tangan Sadava dari pipinya. Alisnya bertautan, tanda kesal.

Sadava nyengir lucu, entah kenapa ia suka sekali memainkan pipi Marsha. Padahal, gadis itu sedang fokus-fokusnya menonton salah satu film Disney dari TV layar lebar di depan mereka. Sadava memaklumi keantusiasan Marsha setiap kali menonton, karena di rumah gadis itu, hanya tersedia TV bekas berukuran kecil, bahkan hampir semua salurannya bersemut. Apalagi saat hujan seperti sekarang, Sadava pernah memergoki Marsha bersedih, terpaksa mematikan TV setelah mencoba semua saluran, layarnya tidak ada yang bersih.

"Sha, besok aku beliin TV gede kayak itu yaa," ucap Sadava membuat Marsha membelalakan matanya sesaat, lalu menggeleng cepat.

"Hah?! Enggak usah, Dav. TV aku masih bagus kok. Lagian, TV segede gini bakalan muat di rumah aku. Hehe," Marsha nyengir lebar, kedua lesung pipinya makin jelas terlihat.

"Aku nggak tega liat kamu serba kekurangan terus, Sha," bujuk Sadava kasihan, menaikan satu kakinya ke sofa, menghadap Marsha. "Ada aku, Sha. Aku bisa bantu semua keperluan kamu."

"Enggak, Dav. Sekali lagi maaf. Aku udah banyak ngerepotin keluarga kamu. Cukup Om Dian ngasih kebutuhan pokok aja aku seneng banget."

"Tapi--"

"Aku masih punya tabungan dan setiap hari aku nabung, Dav," potong Marsha tersenyum menenangkan. "Aku yakin, dengan aku bisa mengatur keuangan semuanya pasti cukup, dan selagi aku bersyukur aku nggak bakalan merasa kurang."

"Yang ukuran sedang nih gimana?" Sadava menawar yang justru mendapat kerucutan bibir.

"Iya-iya." Sadava akhirnya mengalah. Dia tertawa pelan, enggan memaksa, Sadava mengacak gemas rambut Marsha. "Seneng deh punya pacar mandiri."

Marsha tersenyum tipis, melihat lebam akibat tonjokan Zoe di sudut bibir Sadava belum juga hilang, dia bertanya. "Masih sakit bibirnya?"

"Sikit," sahut Sadava lalu berkedip jahil. "Cium dong biar cepet sembuh."

Marsha melotot, detik berikutnya Sadava mendapat lemparan bantal sofa. Cowok itu terjengkang alay ke belakang seraya tertawa menikmati kesalahtingkahan Marsha.

Dan melalui jawaban gadis itu barusan, menambah ketidakpercayaan Sadava pada ucapan Zoe kemarin, bahwa dulu Marsha hanyalah seorang gadis yang memiliki banyak sifat buruk.

SadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang