🕸45 | Musuh Baru?

1.2K 105 31
                                    

Hai. Aku come back! Masih adakah yang nunggu cerita ini? Semoga suka yaa.❤

Jangan lupa tekan tanda bintang+komen ya. Follow aku juga xerniy

Begitu bel istirahat berbunyi, Sadena dengan cepat menuju rooftop sekolah, menaiki tangga dan melalui banyak jejeran para siswi yang sedang bersantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu bel istirahat berbunyi, Sadena dengan cepat menuju rooftop sekolah, menaiki tangga dan melalui banyak jejeran para siswi yang sedang bersantai. Banyak dari mereka melempar tatapan minat pada Sadena. Namun cowok itu tetap tak peduli, memberikan tatapan datarnya dan terus melangkah, mengabaikan decak kagum yang kerap kali menerobos indera pendengarannya. Demi apa pun, para siswi itu seperti tidak punya harga diri, tanpa malunya melempar siulan pada cowok yang jelas-jelas telah dimiliki.

Selin, dia tidak ikut. Meski begitu Sadena telah mengirim pesan permintaan maaf karena mereka tidak jadi makan bersama di kantin hari ini. Beralasan, dia dan Sadava ada urusan.

Setibanya di rooftop sekolah, Sadena langsung menyapu pandangan, mencari figur kembarannya, Sadava, cowok itu mengirim pesan bahwa telah menunggu lama.

"Dena?" Panggilan dari samping kanan membuat Sadena menoleh, pupil matanya membesar, sebab dia bukan hanya menemukan Sadava, tapi juga dua kursi dan meja dengan dua piring makanan di atasnya.

"Apa semua ini?" tanya Sadena mendekat.

"Duduk, Na." Sadava menepuk satu kursi kayu di hadapannya.

"Gue tanya di jawab dulu." Karena meja membentang jarak antara mereka, Sadava mengitari sisi meja dan mendekati Sadena, berdiri di sebelah kembarannya.

"Makanan kesukaan lo," Sadava menunjuk bergantian dua piring berisi roti isi sayur itu. Dia tersenyum, merangkul bahu Sadena. "Gue sengaja nyiapin buat kita. Jarang-jarang kan kita begini? Gue yakin suasananya makin hangat."

Sadena menghela napas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sadena menghela napas. "Sebelumnya lo bilang pengen ngomong doang."

"Artinya, gue berubah pikiran," jawab Sadava menepuk bahu Sadena walau empunya kini memutar bola mata. "Yakin deh, makan bareng saudara makin tambah nikmat. Banyak orang mengabaikan hal sekecil ini, Na. Mereka senang sering makan bareng temen-temen atau pacar. Tapi, makan bareng saudara sendiri rasanya susah."

SadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang