🕸43 | Kencan Pertama

1.3K 111 47
                                    

Partnya special jadi penulisannya agak lama. Hehe😁✌

Vote dan komen juga❤ Play music biar tambah ngefeel🎵

Aku sayang kalian 3000💝

Selesai bersiap Selin menunggu kedatangan Sadena dengan duduk di ruang tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selesai bersiap Selin menunggu kedatangan Sadena dengan duduk di ruang tamu. Jujur Selin masih sedikit kesal, karena tadi di chat mereka sempat berdebat soal pakaian yang akan ia kenakan. Selin bersikeras mengenakan dress hitam off shouldernya, sementara Sadena melarang keras Selin mengenakan pakaian itu dan mengancam jalan-jalan mereka sebaiknya ditunda saja jika Selin sampai mengenakannya.

"Loh, nggak jadi pakai dress hitam?" tanya Raya. Wanita berpiyama biru itu datang dari arah dapur, membawa segelas susu hamil di nampan dan meletakkannya di meja tamu.

"Nggak di bolehin Dena," jawab Selin cemberut. "Menurut mama Selin cantik nggak pake baju ini? Rasanya kepanjangan banget."

"Kamu selalu cantik kok," Raya mengambil duduk samping Selin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu selalu cantik kok," Raya mengambil duduk samping Selin. "Mama malah sependapat sama Dena. Kamu nggak cocok pake dress yang terbuka gitu. Takutnya mengundang tatapan nggak etis dari orang-orang yang nggak bertanggung jawab."

Tatapan nggak etis? Pikiran Selin langsung terlintas kejadian di toko buku beberapa minggu yang lalu. Dimana tubuhnya ditatap secara tidak rasional oleh seorang pria untuk pertama kali. Selin merinding mengingatnya.

Dia sekarang mengerti kenapa Sadena bersikeras melarangnya menggunakan gaun terbuka. Selin tersenyum tipis. Ia memeluk sukacita pakaiannya. "Selin suka deh pake baju ini."

Sekali lagi, Sadena berhasil melelehkan hatinya dengan perhatian yang tersembunyi. Dena gemesin banget sih. Coba dia bilang langsung takut kejadian di toko buku itu terulang, aku nggak marah-marah kayak tadi.

Ting nong.

Bunyi bel rumah mengalihkan atensi keduanya. Selin pun berdiri, mencegat Raya membukakan pintu. "Selin aja yang buka. Mama pasti capek jalan terus. Kasihan dedek bayi," cengirnya. Raya tersenyum tipis menanggapi.

Begitu pintu terbuka, Selin tertegun mendapati figur Sadena. Tampannya seolah bertambah puluhan kali lipat, cowok itu mengenakan setelan yang senada dengannya.

SadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang