🕸11 | Sebuah Buku

2.1K 145 1
                                    

Vote dan komen yaaaa....

Semua murid duduk tenang menyimak penjelasan Bu Rai tentang tugas kelompok yang akan diberikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua murid duduk tenang menyimak penjelasan Bu Rai tentang tugas kelompok yang akan diberikan. Tugasnya adalah melakukan resensi atau mengulas sebuah buku.

Selin duduk diam di pojok belakang. Ia menopang dagu dengan kedua tangan. Matanya melirik ke arah Ankaa dan Sadena yang fokus mendengar penjelasan.

Di perpustakaan seluas ini, hanya dia satu-satunya murid bahasa, dan kebetulan pelajaran yang berlangsung adalah bahasa Indonesia. Tetapi sayang, Selin lebih suka membahas tentang puisi.

"Bagaimana? Jelas tugasnya anak-anak? Kalau tidak, silahkan bertanya," ucap Bu Rai memberikan keringanan.

Semua murid menggeleng. "PAHAM BU!!"

"Baguss. Tugasnya dikumpul selesai jam istirahat. Dan kerjakan secara adil. Berdua yaaa. Jangan sampai satu saja yang mengerjakan sedangkan yang lain hanya menumpang nulis nama. Mengerti anak-anak?"

"MENGERTI, BU!!" jawab para murid kompak.

Sadena melirik Ankaa lalu tersenyum sinis. "Tuh. Dengerin."

"Iye, nyet," sahut Ankaa. Ia mengulum bibir.

Selesai memberikan penjelasan Bu Rai melengos pergi mengeluari perpustakaan. Beliau tampak buru-buru. Mungkin sedang melakukan pekerjaan lain secara bersamaan.

Sepeninggal Bu Rai, setiap kelompok berpencar ke setiap rak untuk mencari buku mana yang akan di resensi. Pelajaran atau fiksi.

Selin yang melihat Sadena dan Ankaa juga akan melakukan hal yang sama langsung menghampiri mereka.

"Gue boleh ikut?" tanya Selin dengan wajah memelas imut. "Gue nggak ada kerjaan, bingung juga mau ngapain, boleh ya?"

Ankaa mengetuk dagu, nampak berpikir. Sementara Sadena mulai mencari-cari buku di rak terdekat.

"Jangan deh. Ntar ikutan pusing. Kalau gue jadi elo mending ngemil aja deh, Sel. Kan gurunya nggak ada," jawab Ankaa lalu tertawa.

"Di perpustakaan dilarang makan," tandas Sadena. Matanya tak lepas dari jajaran buku di rak. "Yaudah lo boleh ikut. Asal jangan ganggu."

"Enggak kok. Janji!" Selin mengacungkan kelingking.

"Hmm."

"Okedeh. Kalau gitu kita duduk. Biar Sadena yang nyari."

Pluk.

Sebuah pulpen mendarat di kepala Ankaa. Ia menatap dengan hidung kempas kempis ke arah Sadena.

"Cari sama-sama monyet!" sergah Sadena. "Atau gue coret nama lo mau?"

"Iye-iye," jawab Ankaa pasrah. Selin cekikikan melihat interaksi konyol dua cowok itu.

Setelahnya, mereka bertiga berpencar ke rak yang berbeda. Selin ditugaskan mencari buku fiksi. Sedangkan Ankaa dan Sadena mencari buku pelajaran.

Selin menatap jejeran buku fiksi di depannya. Ia bingung memilih yang mana. Karena semua fiksi yang tersedia bagus-bagus semua. Tapi hanya untuk diresensi kan? Baiklah, pilihan Selin jatuh pada buku cerita yang berjudul 'Mulut Tajam Hidup Suram.'

SadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang