Spam komen dongg. Semoga suka....
Follow aku juga ya xerniy
"Telat lima menit," celetuk Sadena, menatap Selin yang baru saja sampai dengan berlari tergopoh-gopoh. "Lama amat. Pantes aja lo gue sebut, keong."
"Enak aja. Ini karena Pak Marwan lama banget keluarnya, terus kaki gue terlalu pendek tauu." Selin menggerutu. Napasnya masih ngos-ngosan.
"Baru nyadar?" tanya Sadena sambil memasang helmnya. Tersenyum kecut. Pulang sekolah ini, seperti rencana mereka pagi tadi, akan menyempatkan diri menjenguk Ankaa yang sedang sakit.
"Au ah," Selin mengibaskan rambutnya, pongah. Greget. Ingin sekali rasanya menjejal mulut Sadena dengan seribu cabai paling pedas di muka bumi ini. Biar cowok itu tahu bahwa sepedas apa kata-katanya sampai menyakiti hati orang lain.
"Yaudah cepet naik! Gue nggak suka buang-buang waktu," ujar Sadena yang telah menyalakan mesin motornya.
Selin manyun tapi tetap menurut. Ia naik ke boncengan, sebelum kemudian memasang helm pemberian cowok itu. Tanpa waktu lama, mereka melesat pergi. Tak luput dari tatapan beberapa siswa dan siswi.
--Sadena--
Sepuluh menit, waktu yang diperlukan untuk menuju rumah Ankaa. Itu pun Sadena telah memacu kelajuan motornya di atas rata-rata agar mereka sampai lebih cepat. Kini, mereka berhenti di depan rumah mewah bercorak putih.
"Duh, pusing bangettt," rengek Selin. Seraya memegang kepala. Ia memang takut saat dibawa ngebut. Alhasil, ketakutan itu berefek pada kepalanya yang akan terasa pusing.
"Kenapa lagi sih?" Sadena bertanya ketus usai turun dari motornya.
"Pusing, Dena. Gue takut saat lo ngebut tadi," akunya. Masih terlihat ketakutan. Selin berulang kali mengusapi keringat yang menetes dari pelipisnya. Tangan cewek itu juga terlihat gemetaran.
Sejenak Sadena mengamati gelagat Selin dengan kening mengerut. Setelah akhirnya ia sadar yang dialami Selin adalah phobia. Ya, Sadena pernah membaca artikel yang menerangkan jika ketakutan terhadap kecepatan saat menjadi penumpang disebut Amaxophobia.
Dan salah satu cara mengatasinya adalah dengan menenangkan sang penderita.
"Siniin tangan lo," pinta Sadena. Tanpa menunggu persetujuan Selin ia langsung mengambil tangan cewek itu dan menggosoknya berulang kali hingga terasa hangat. Jujur, ia sendiri takut jika hal ini membahayakan Selin.
Cewek itu masih tercengang di tempat. Ia bingung apa yang Sadena lakukan.
"Anget nggak?" tanya Sadena yang mendapat anggukan dari Selin.
"Lumayan." Cewek itu heran kenapa Sadena bisa tahu cara ini membuatnya tenang.
"Syukur." Dirasa cukup, Sadena melepaskan tangan Selin lalu mengusap tengkuk. "Sorry, gue nggak tau kalo lo punya Amoxophobia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadena
Teen Fiction[WARNING! CERITA MENYEBABKAN HALU BERAT, BAPER SAMPAI URAT, DAN MENGUMPAT] "Jangan kasih tau siapa pun kalau gue petinju. Oke?" Sadena Rasya Arcandra, cowok paling galak, dingin dan penuh teka-teki yang pernah Selin temui. Perkataannya nyelekit dan...