Vote dan komen yaaa. Semoga suka...
Sesampainya di UKS Sadena cepat-cepat membaringkan tubuh Selin di brankar, mukanya panik bercampur bingung.
Petugas PMR yang bertugas pun tidak membuang waktu lagi, ia lantas menghampiri Selin dan bertanya pada Sadena. Cowok itu berdiri di samping brankarnya.
"Dia sakit apa?"
"Kena bola," jawab Sadena ketus seperti biasa. Namun tidak untuk kepanikan di wajahnya yang begitu kentara. "Cepet kasih obat."
Petugas PMR itu menggeleng sambil menempelkan punggung tangan ke dahi Selin. "Nggak bisa. Paling cuma dikasih balsem atau minyak kayu putih."
"Yaudah cepet kasih. Ribet amat pake mikir segala," perintah Sadena, perasaan cowok itu makin tidak karuan.
Mendengar ketegasan dari cowok itu, Dinda-- petugas PMR itu bergegas mengambil balsem dari nakas obat, lalu kembali lagi untuk mengoleskan balsem tersebut ke tengkuk dan belakang telinga Selin sambil memijatnya perlahan.
Sadena menatapi wajah Selin yang sedikit pucat, mata cewek itu terpejam rapat, ada sisa keringat juga di pelipisnya. Dan ketika Sadena menyentuh ujung jari Selin, terasa dingin.
"Dia sebenarnya kenapa sih?" tanya Sadena. Berdehem untuk menutupi kegugupannya. "Maksud gue dia kenapa pake pingsan segala? Lebay amat. Padahal kena bola doang."
Dinda tersenyum samar. Tangannya menggosok-gosok satu tangan Selin, memberikan kehangatan. "Cuma pingsan biasa, mungkin nggak kuat nahan pusing, tapi ini biasa kok kalau kena bola. Nggak usah khawatir yaa."
"Hmm," Sadena hanya bergumam menanggapinya. Syukurlah, Kirain si keong bakal geger otak.
"Kalo gitu gue tinggal dulu karena waktu jaga gue udah mau habis, entar ada yang gantiin. Nah, ada perlu sesuatu minta sama petugas baru itu aja ya," ucap Dinda. Sadena hanya mengangguk. Selang beberapa menit kemudian bel pergantian jam pelajaran berbunyi.
Dinda pun melepas almamater PMRnya yang berwarna putih. Lalu melipatnya dan memasukkannya kembali dalam lemari khusus di pojok ruangan UKS ini. Setelah itu melangkah pergi.
Sementara Sadena masih belum ada niatan untuk keluar, ia merasa bersalah pada Selin karena gara-gara dia cewek itu sampai pingsan sekarang. Maka itu, Sadena kini duduk di kursi kayu samping brankar Selin. Melipat tangan di bawah dada dan menunggu cewek itu bangun.
Toh, jam pelajaran berikutnya di kelas Sadena masih olahraga.
Sadena diam, ia memperhatikan sekeliling UKS, sepi, hanya ada satu murid yang tertidur di brankar ujung.
"Lama banget pingsannya," gumam Sadena saat kembali menatap Selin. "Bangun cepetan deh keong. Gue pengap lama-lama di sini."
Dan beberapa detik usai Sadena ngomel, Selin melenguh, mata cewek itu perlahan terbuka lalu memegang bagian belakang kepalanya. Selin tampak kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadena
Teen Fiction[WARNING! CERITA MENYEBABKAN HALU BERAT, BAPER SAMPAI URAT, DAN MENGUMPAT] "Jangan kasih tau siapa pun kalau gue petinju. Oke?" Sadena Rasya Arcandra, cowok paling galak, dingin dan penuh teka-teki yang pernah Selin temui. Perkataannya nyelekit dan...