🕸21 | Sakit

1.9K 123 12
                                    

Vote dan komen yaaa. Semoga sukaa....

Pulang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pulang sekolah.

Sadena mengintip di balik pohon rindang dekat pagar makam, cowok itu mampir karena tidak sengaja melihat mobil hitam dengan plat nomor persis seperti milik ayahnya terparkir di depan area makam.

Dan ternyata benar, Dian sedang bersimpuh di depan sebuah makam. Menaburkan banyak kelopak bunga lalu kemudian berdoa.

Sadena berbalik dan menyembunyikan diri ke semak-semak ketika Dian hendak beranjak pergi dari sana. Menahan napas sesaat Dian melangkah melewatinya.

Setelah memastikan ayahnya itu benar-benar pergi. Sadena bergegas menghampiri makam yang tadi Dian kunjungi itu. Lalu membaca nama yang tertulis di nisannya.

'Hana Gisyella.'

--Sadena--

Keesokan paginya.

"YEAY KEMAH!!"

Suara itu terdengar sepanjang lorong sekolah, bahkan sampai ke telinga Selin yang baru saja menapakkan kaki di sana. Sebenarnya ia lumayan mengerti maksud dua kata itu 'Yeay' dan 'Kemah'. Tapi karena Selin ingin lebih mengetahui apakah informasi yang dicerna otaknya itu benar atau tidak.

Oleh karenanya, Selin melangkah cepat menuju sekumpulan manusia yang mengerumuni mading di ujung lorong itu.

"Nggak usah ikut-ikutan," desis seseorang yang berada di belakang kerumunan itu. Selin menoleh dan berhenti, ditemukannya Sadena dengan wajah super jutek tengah berdiri sambil memasukkan tangan ke saku celana.

"Emang ada berita apa ya sampe rame gitu?" tanya Selin dengan pandangan yang tidak lepas dari kerumunan itu.

"Kemah," jawab Sadena, singkat.

"Maksudnya?"

"Masa nggak ngerti juga sih lo? Kemah. Sekolah kita bakal ngadain kemah tahunan."

"Ohhh, kirain pramuka aja yang ada kemahnya," sahut Selin biasa saja. Sebab ini masih pagi, dan ia malas berdebat dengan Sadena. Tiba-tiba cewek itu melotot tak percaya. "Kemah? Yeayyy!!"

Selin bersorak girang. Ia melompat-lompat sambil sesekali berputar, seperti anak kecil yang baru saja di belikan mainan.

"Norak banget," desis Sadena.

Selin mengacuhkan dan masih berputar sampai kepalanya terasa puyeng.

"Udah nggak usah muter-muter, pusing ntar lo," Sadena kesal. Ia terpaksa menarik sisi seragam Selin hingga cewek itu berhenti berputar. "Budek."

"Biarin," Selin menjawab lalu memegang kepalanya. Pandangannya juga sedikit buram. "Aduh pusing banget."

"Rasain! Dibilangin masih aja ngeyel."

SadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang