Up lagi dwong. Semoga suka part ini ya ❤
Jangan lupa vote dan komennya ya beib😚.Kesalahan terbesar manusia setelah membohongi perasaannya sendiri adalah masih memikirkan masa lalu.
🌺🌺🌺Kepulan asap rokok mengudara. Berasal dari seorang pria berambut gimbal yang duduk bersandar di tembok ruangan. Jona, pria itu menyunggikan senyum remeh sesaat Zoe berjalan melewatinya demi mengambil handuk putih yang tersampir di sandaran kursi. Mereka kini berada di gedung tua, tempat biasa Zoe dan Sadena bertanding.
"Puas latihan lo?" tanya Jona.
Zoe mendelik sinis. "Nggak ada kata puas sebelum gue berhasil ngalahin Dena."
"Hahaha." Jona tertawa meremehkan. "Dena nggak akan pernah bisa dikalahin, Man."
"Bengset." Gerakan Zoe menyeka keringat di lehernya berhenti. Ia mengernyit kesal. "Lo ngedukung gue apa nggak sih?"
"Gini deh." Jona bersedekap. "Coba pikir, berapa kali lo dibikin bonyok? Satu? Dua?"
Zoe terdiam sesaat. Sialan! Pertanyaan Jona membuatnya geram. Cowok itu menjawab malas. "Tiga."
"Bahkan tiga kali tanding lo belum bisa ngalahin dia. Gaya-gayaan mau tanding lagi. Cuih, gue beliin motor deh kalo lo menang," tantang Jona.
"Lo ngeremehin gue, njing." Zoe tentu tidak terima. Ia menunjuk wajah Jona dengan ekspresi menyebalkan. "Yang penting gue bukan pecundang kayak lo. Dua kali tanding nyerah. Lemah!"
Jona menurunkan telunjuk Zoe dari hadapan hidungnya. "Yah, gimana nggak sih goblok? Hidung gue dibikin patah. Lagian, udah-udahan deh lo balesin dendam lo itu. Nggak guna."
"Yakali. Mau ditaruh dimana muka gue?"
"Nih. Pantat gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadena
Teen Fiction[WARNING! CERITA MENYEBABKAN HALU BERAT, BAPER SAMPAI URAT, DAN MENGUMPAT] "Jangan kasih tau siapa pun kalau gue petinju. Oke?" Sadena Rasya Arcandra, cowok paling galak, dingin dan penuh teka-teki yang pernah Selin temui. Perkataannya nyelekit dan...