Ututu. I'm back😄 semoga suka part ini ya
Bacanya jangan ada yang diskip biar paham alurnya!!
Vote dan komen juga❤
"PAPA!"
Marsha terbangun dengan air mata yang bercucuran, terduduk sambil mengatur napasnya yang terengah. Tubuhnya gemetaran. Ia tidak mengerti mimpi semacam apa yang menganggu tidurnya barusan. Mimpi yang benar-benar membuatnya merasa kembali kehilangan.
Marsha menyapu peluh di sekitar pelipisnya, lalu menjambak sebentar rambutnya dengan kedua tangan, ia frustasi, Marsha menekuk lututnya seraya menahan isakan. "Papa..."
Di satu sisi ia mensyukuri mimpi itu datang karena ia dapat melihat wajah sang papa namun, di sisi lain ia menyesal karena bagian akhirnya sang papa kembali pergi meninggalkannya. Mimpi yang terasa begitu nyata, bahagia, sedih dan kecewa sekaligus.
Marsha terisak kecil bersama penerangan kamar yang remang-remang. "Hiks, papa..."
Mendengar isakan tersebut membuat cowok yang tidur di sofa terjaga. Sadava mengucek-ngucek sebentar matanya, mengumpulkan kesadarannya. Lalu panik, tergesa menyibak selimut dan bangun saat sadar Marshalah yang menangis.
"Marsha?" Sadava tidak lagi mempedulikan selimutnya yang terbirit ke lantai. Dia menghampiri Marsha, duduk di bibir kasur lalu mengusap punggung gadis itu. "Sha, kamu kenapa?" ulangnya cemas.
Marsha tidak menjawab, ia hanya diam terisak dan menenggelamkan wajahnya di antara lutut, itu membuat pikiran Sadava semakin tidak karuan. Apa Marsha sedang kerasukan?
"Sha..." Cowok bersweater navy itu tidak menyerah. Dan tepat ketika tangannya hendak menyingkirkan helaian rambut yang menutup wajah Marsha gadis itu memeluknya dengan cepat.
"Dava..." isaknya pilu.
Sadava tentu kaget, tangannya yang mengambang lantas turun mengusap pundak Marsha. "Iya aku. Kamu kenapa, sha? Ada setan ya?"
Marsha menggeleng pelan. "Aku mimpi papa." Jeda, ia terisak. "Aku mimpi didatangin sama papa, beliau meluk aku, Dav. Papa usap rambut aku."
Sadava sontak terdiam beberapa saat. Dia terheran. Tetapi bersuara lagi pasca tangisan Marsha semakin pekat.
"Shttt. Udah nangisnya." Sadava menepuk punggung gadis itu, menenangkannya. "Memangnya kamu ingat muka papa kamu kayak gimana?"
Marsha mendongak berderai air mata. "Enggak. Tapi karena mimpi itu aku jadi tau wajah beliau. Dia pakai baju putih, tinggi, rapi, terus papa minta maaf sama aku. Aku yakin itu papa, Dav."
"Aku nggak bisa memastikan, Sha. Karena aku sendiri nggak pernah liat papa kamu."
Detik selanjutnya ekspresi Marsha makin murung. Dia menunduk kecewa dan masih menitikan air mata. Pilu. Tambah tak tega Sadava melihatnya. Sadava mengerti, apa pun itu yang menyangkut masa lalunya, Marsha pasti menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadena
Teen Fiction[WARNING! CERITA MENYEBABKAN HALU BERAT, BAPER SAMPAI URAT, DAN MENGUMPAT] "Jangan kasih tau siapa pun kalau gue petinju. Oke?" Sadena Rasya Arcandra, cowok paling galak, dingin dan penuh teka-teki yang pernah Selin temui. Perkataannya nyelekit dan...