🕸Special Part (Sadena)

1K 82 54
                                    

Hai. Terima kasih sudah menunggu, terima kasih sudah mau bertahan sampai sekarang😊

Baca ya. Part ini tuh berisi sudut pandang Dena dan menguak kejadian yang sebenar-benarnya. Sayang kalian dimanapun❤😉

 Sayang kalian dimanapun❤😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback, 4 Years ago.

Cowok itu berjalan membawa dua buah es krim di tangannya. Lalu berhenti di kursi taman dekat air mancur yang ada seorang cewek tengah asik memainkan gelang karet. Ia tersenyum, menjulurkan es krim ke hadapan cewek itu hingga perhatiannya teralih.

"Nih buat lo."

"Thanks." Cewek itu tersenyum manis menerima. Ya, dia tidak lain adalah Marsha. 

"Hmm. Seharusnya gue yang berterima kasih karena lo udah bersedia mendengarkan semua curhatan gue." Sadena duduk di sampingnya.

Sadena merasa beruntung dipertemukan dengan Marsha hari ini, sebab dengan adanya cewek itu ia dapat mencurahkan semua yang mengganjal hatinya. Tentang keluarganya. Tentang Dian yang selalu menomorsatukan Sadava dari dirinya.

Sore itu kedua bocah kembar, Sadava dan Sadena tengah bersepeda bersama di sekitaran komplek rumahnya. Keduanya belum mahir, maka Dian ada di teras rumah untuk menjaga mereka.

Sadena mengambil jalan di pinggir sementara Sadava dengan nekatnya ke tengah. Padahal Sadena sudah berulang kali memperingatkan adik kembarnya itu agar tidak memancing bahaya.

"Ke pinggir, Dav!"

"Tanggung, bang. Jalananannya lebih luas."

"Dasar!" Setelahnya Sadena tidak peduli lagi. Biarlah Sadava menanggung akibatnya sendiri. Namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju dari tikungan.

"Awas, Dav!"

Sadena tidak tahu apa yang Sadava pikirkan sampai cowok itu tidak merem sepedanya. Padahal mobil itu berjarak sedikit lagi sebelum menabrak. Maka untuk menghindari kecelakaan dengan cepat Sadena mengayuh sepedanya lalu mendorong tubuh kembarannya itu, alhasil, mereka terjatuh bersama ke pinggir jalan.

Sedangkan mobil tadi berlalu tanpa rasa manusiawi.

Brak.

"Papa!" Sadava berteriak kesakitan. Sadena? Jangan ditanya. Bahkan luka anak itu lebih banyak dari Sadava. Sadava beruntung jatuh ke area rumput sementara Sadena jatuh sepenuhnya di aspal. Lutut dan sikunya tergores kerikil-kerikil kecil nan tajam.

Mendengar suara teriakan putranya Dian beranjak dan menghampiri mereka dengan cemas. Tatapan pria tersebut langsung mengarah ke Sadava yang tertimpa sepeda.

"Kamu nggak papa, Dav?"

"Sakit, Pa," adu Sadava dan Dian langsung menggendong anaknya itu.

SadenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang