(1) 🚗

9.1K 764 51
                                    


Happy reading..

---

Akhir pekan kali ini, Bian sengaja tinggal di rumah. Jika biasanya ia tetap memiliki jadwal di rumah sakit, maka hari ini ia memutuskan untuk tetap berada di rumah dan menghabiskan waktu libur di rumah. Apalagi, si Pak Guru satu itu bilang akan mampir ke rumahnya sepulangnya dari satu urusan.

Dan kegaduhan yang biasa terjadi di pagi hari pun juga terjadi pagi ini. Bian tengah menata menu sarapan hari ini, sementara mulutnya belum berhenti menyerukan nama Rafa yang masih betah di kamar. Anak itu belum juga keluar semenjak subuh tadi, bahkan setelah berulang kali Bian memanggil namanya.

"Rafa keluar gue bilang! Heh! Keluar sekarang juga sebelum gue dobrak pintu kamar lo ya!"

Sementara di kamar Rafa, anak itu mendengus. Tak tahan dengan teriakan Bian yang sedari tadi tak berhenti, ia akhirnya keluar. Masih menggunakan celana pendek dan kaos oblong yang ia gunakan untuk tidur, yang artinya anak itu belum mandi.

"Aih Bian denger ya, telinga gue ini alhamdulillah dua-duanya masih baik banget fungsinya. Lo nggak usah teriak, kasian tenggorokan lo." ucap Rafa seraya mendudukkan dirinya di depan Bian yang masih bolak-balik ke dapur mengambil makanan. Rafa menatap beberapa makanan yang sudah tersaji di atas meja.

"Lo masak banyak banget deh kayaknya. Ada apa?" tanya Rafa dengan tangan menyentuh pisang goreng dan mencoleknya sedikit.

"Eitt! Lo ngapain?!" sentak Bian setelah sebelumnya menggeplak tangan Rafa.

Rafa hanya merenggut, lalu memasukkan jarinya ke mulut dan menjilatnya. Manis, lumayan bisa icip sedikit.

"Hari ini katanya Bayu mau mampir." jawab Bian.

"Apa hubungannya?"

"Lo pikir aja sendiri." balas Bian sebelum berlalu menuju dapur lagi. Tapi tiba-tiba ia berbalik, menodong Rafa dengan centong sayur yang sedari tadi ia genggam.

"Lo baik kan? Tolong cuciin mobil ya, udah kotor tuh. Nanti gue kasih permen satu." ucap Bian.

"Apaan?! Mobil segede itu dibayar make permen yang sama kaca spion aja masih gedean kaca spionnya. Yang bener aja?!" sungut Rafa.

Bian tertawa, "nggak ada. Nanti gue bayar beneran make duit deh, buruan makan abis itu samperin mobilnya yang udah nunggu lo dari tadi di depan." ucapnya lalu melanjutkan langkah menuju dapur.

"Apa kata lo aja." balas Rafa, lalu beralih menyantap menu sarapannya hari ini.

"Pak Bayu mau kesini kapan emang, Bi?" tanya Rafa dengan berteriak bermaksud agar Bian mendengarnya.

"Lo manggil gue apa barusan, hah?!" balas Bian dengan berteriak juga. Padahal jarak mereka tidaklah jauh, tak perlu saling berteriak.

"Ah elah." Rafa bergumam, namun setelahnya ia kembali berteriak, "PAK BAYU MAU KESINI KAPAN, A?!"

"Yaampun Rafa! Gue lagi bawa piring, untung nggak jatoh. Bikin kaget aja."

Bian meletakkan piring itu di meja, lalu menatap Rafa yang juga tengah menatapnya.

"Katanya si pagi, tapi nggak tau jam berapa. Kenapa?"

"Mau gue mintain bantuan buat cuci mobil. Lumayan kan?" balas Rafa dengan tersenyum bangga.

"Ngawur!" Bian meraup wajah Rafa dengan tangannya. "Orang mau bertamu malah disuruh ngebabu. Jahat banget lo jadi tuan rumah."

Rafa tertawa, "biar anti mainstream. Orang lain ada tamu dikasih hidangan, nah kalo gue ada tamu dikasih kerjaan. Kan tamunya enak juga dapet pahala."

Just Here ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang