Part 31

5K 645 57
                                    

Happy reading..


---

Pagi menjelang siang, Bian masih betah berada di kamar rawat Rafa. Sudah berulang kali Bayu ingatkan untuk kembali ke kamar rawatnya sendiri, tapi Bian tetap menolak. Tak tega meninggalkan Rafa sendiri, katanya. Padahal ada Bayu yang akan menemani anak itu. Kini Rafa sendiri tengah tertidur, tak lama setelah meminum obatnya.

"Balik deh, Bi. Istirahat aja sana, betah banget lo disini. Belum aja lo diusir suster karena mengganggu ketenangan pasien, atau lebih parah lo diseret Dokter Andre biar balik," bujuk Bayu lagi.

Tapi Bian lagi-lagi menggeleng, "lo diem aja deh, selesein aja tugas lo. Gue diem kok, beneran."

"Hihh! Susah banget disuruh istirahat," kesal Bayu. Ia akhirnya kembali fokus pada pekerjaannya.

Sampai kemudian, pintu kamar rawat terbuka. Muncul Dokter Andre diikuti seorang suster di belakangnya.

"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam.."

"Ah, syukur deh dokter kesini," ujar Bayu.

"Kenapa Bay?" tanya Dokter Andre heran.

"Seret Bian balik ke kamar, dok. Dari abis subuh Bian disini, makan aja akhirnya dianter kesini," balas Bayu mengadu.

Dokter Andre menggeleng, gemas juga dengan juniornya itu. Ternyata Bian itu bandel juga jadi pasien. "Ck, Bian.. Bian. Kamu ini kok yaa.. Balik sana, istirahat dulu. Rafa juga nggak bakal ilang kalo kamu tinggal. Kamu ini juga lagi dirawat disini. Inget luka di jidat kamu itu, apa nggak sakit. Kamu kok ya kuat banget."

"Nah, kan. Sukurin diomelin," ujar Bayu lirih, lalu terkekeh sendiri.

"Diem lo gendruwo! Gue denger ya.."

Bayu menutup mulutnya, menahan kekehannya. Ah, ternyata Bian melihatnya.

"Rafa itu nggak papa. Dia kecapean, sedikit stress juga. Tapi selebihnya nggak papa, itu karena melewatkan makan dan obatnya. Tapi juga nggak bisa disepelekan, jadi usahakan jangan sampai skip makan sama obatnya lagi," jelas Dokter Andre.

"Ah, iya. Suster, tolong cek ya," Dokter Andre beralih pada seorang suster yang mengikutinya tadi. Suster itu segera mendekat dan mengecek kondisi Rafa.

"Kamu balik, ya? Ayo sama saya. Kamu itu harus banyak istirahat juga, Bi. Jangan mikirin Rafa dulu, Rafa biar saya yang urus. Dia kan cucu saya, nggak mungkin saya telantarkan."

"Dokter masih inget aja," ucap Bian.

"Iya dong, masa lupa sama cucu baru. Sudah, ayo pulang ke kamar rawatmu. Betah banget main disini, lha anaknya aja lagi tidur. Ada Bayu disini, kamu nggak usah khawatir," balas Dokter Andre dengan senyum bangganya.

"Nah iya, balik aja lo sana. Rafa nggak bakal gue makan juga," tambah Bayu seraya mendekat.

Setelah berpikir sebentar, akhirnya Bian mengangguk. Ia tak menyangkal bahwa dirinya juga butuh istirahat. Ia masih merasa sedikit pusing, badannya juga lemas. Ah, padahal ia masih ingin berlama-lama dengan Rafa. Meskipun anak itu tertidur. Tapi setidaknya ia bisa tenang dengan melihat Rafa dan memastikannya sendiri bahwa anak itu tidak apa-apa.

Bian berniat untuk berdiri, tapi tubuhnya malah oleng. Beruntung Bayu melihatnya, jadi bisa Bayu tahan sebelum Bian jatuh ke lantai.

"Lo kenapa?!" tanya Bayu setelah mendudukkan Bian kembali di kursi.

"Nggak tau. Tiba-tiba aja lemes," balas Bian lirih.

"Kamu itu kecapean, Bi, bandel si. Kamu itu sudah nggak ada bedanya sama Rafa, sama-sama susah disuruh istirahat. Padahal istirahat itu enak lho, nggak capek cuman rebahan. Kamu tiap hari kerja yang capek aja mau, lha ini disuruh rebahan malah nggak mau," omel Dokter Andre.

Just Here ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang