Happy reading..
---
Bian menepati janjinya untuk pulang sebelum waktu Isya tiba, karena kebetulan juga hari ini jadwalnya tak begitu padat seperti biasanya. Dan Bian bersyukur akan hal itu. Ia lalu melangkah menuju ruang tengah, tempat dimana Rafa biasa menunggunya. Berniat ingin menemui anak itu.
Ia tersenyum mendapati Rafa yang duduk tenang sambil menyaksikan acara televisi. Ia bergegas menghampiri anak itu dan duduk di sebelahnya.
"Halo tuyul!" sapa Bian seraya menyandarkan diri di sandaran sofa.
Rafa menoleh dan menatap tajam Bian, sebelum satu tangannya meraih bantal di sebelahnya dan melemparnya tepat ke muka Bian.
"Ngomong apa lo barusan hah?!" sarkas Rafa.
"Tuyul!"
"HYAA!!"
Rafa menyerang Bian dengan bantal-bantal yang ada di sofa itu. Antara gemas dan kesal karena Bian masih memanggilnya dengan sebutan tuyul. Anak itu terus memukuli Bian dengan bantal, bahkan mereka sampai berguling di lantai yang berlapis karpet itu.
"Ahahaa.. Tuyul gue ngamuk! Lupa, belum gue kasih makan. Hahaha.."
"BIAANN! AIISHH! GUE BUKAN TUYUL!"
"Oke oke, udahan ah.. Udah, capek!" Bian memeluk badan Rafa yang masih menyerangnya dengan bantal.
"Jangan peluk-peluk! Huss, minggir sana!" Rafa memberontak melepas tangan Bian yang melingkari pinggangnya.
"Uuh, galak banget, sih. Sini duduk."
Bian terkekeh, raut muka Rafa masih terlihat kesal, namun tetap menuruti ucapannya.
"Heh! Katanya lo beliin sesuatu buat gue, mana sini?!" ucap Rafa ketus dengan mengulurkan kedua tangannya, menagih Bian.
"Dih, tadi aja galak banget," cibir Bian.
"Udah sini, janji adalah hutang loh.."
"Nyenyenye.." Bian lalu meraih sesuatu di balik sofa yang mereka duduki. Satu kantong kresek berwarna hitam.
"Nih.."
Rafa menerima kresek itu dengan muka cengo. "Ini apaan?" tanyanya.
"Buka aja."
Dengan rasa penasaran yang tinggi, Rafa segera membuka kantong kresek itu. Ia lebih terkejut lagi mendapati isi dari kresek yang Bian bawa.
"Lo beliin gue kentang?? Buat apa?!" sembur Rafa.
"Buat lo jual, nanti buka lapak ya depan rumah biar lo nggak gabut," balas Bian dengan senyum manis.
"Heh! Yang bener aja?!"
"Ya buat lo makan lah. Itu nanti direbus, abis itu dihalusin terus lo mamam dah tuh kentang," jelas Bian.
Rafa menatap Bian tak percaya, "beneran?"
"Ya bener lah. Udah sana cuci dulu, terus direbus. Gue mau bersih-bersih."
"Sekarang?"
"Ya kalo mau nanti malem mau tidur juga terserah, sih. Tapi baiknya ya sekarang, nanti dimakan abis isya."
"Sekarang aja deh."
"Oiya, rebus tiga aja. Sisanya taroh kulkas, okey?!" cegat Bian sebelum Rafa pergi.
"IYAA.."
Rafa segera berlalu menuju dapur, mencuci kentang itu sesuai arahan Bian. Membiarkan Bian yang juga berlalu menuju kamarnya sendiri untuk membersihkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Here ✔️
General FictionTerkadang, hangatnya kekeluargaan nggak mesti didapat dari keluarga kandung atau saudara yang sedarah.. Karena orang lain juga bisa menjadi orang paling dekat, bahkan menjadi keluarga..