Part 21

4.4K 579 52
                                    

Happy reading..

---

Pagi harinya, kesibukan Bian masih seperti biasa. Memasak menu sarapan, sebelum nanti membangunkan Rafa. Ah, apalagi hari ini adalah hari pertama anak itu untuk kembali bersekolah. Bian rasa kemungkinan anak itu sudah bangun, karena pasti Rafa sudah tak sabar untuk berangkat. Maka dari itu, ia sedikit lebih santai dari biasanya.

Sampai beberapa saat kemudian, Bian baru beranjak menuju kamar Rafa setelah urusan dapurnya selesai.

Ia mengetuk pintu, berharap Rafa akan langsung keluar mendapat kode darinya. Tapi sampai beberapa menit ia menunggu, pintu itu tetap tertutup. Tak ada Rafa yang membuka pintu kamarnya seperti bayangannya.

"Lah, jangan bilang dia belum bangun?!" gumam Bian sebelum membuka pintu kamar itu.

Seketika matanya membola, Rafa masih asik bergelung di bawah selimut. Bian salah perkiraan. Ia buru-buru membangunkan Rafa, saat netranya menangkap jam dinding di atas pintu kamar anak itu. Jam enam kurang lima menit.

"Bangun Rafa, udah mau jam enam heh!"

Bian menghela nafas saat tak mendapat respon dari anak itu. Dengan perasaan yang mulai kesal, ia segera membangunkan Rafa lagi dengan cara yang lebih kasar. Ia menarik kedua tangan anak itu agar bangun.

Sampai setelah hampir sepuluh menit kemudian, Rafa baru mau membuka matanya. Menatap linglung pada Bian yang tengah menatapnya garang karena terlanjur kesal.

"Ngapain liatin gue gitu?! Buruan bangun! Ini hari pertama lo sekolah, ada niat mau terlambat?" ucap Bian.

"Oh, sekolah?" Rafa mengangguk. Rupanya nyawa anak itu benar-benar belum kembali dari alam mimpi.

"Rafa buruan, astaga! Udah mau jam enam, lo beneran niat mau terlambat di hari pertama lo sekolah, heh?!" Bian kembali menarik tangan Rafa untuk bangun. Ia kemudian memapah anak itu menuju kamar mandi.

"Cepetan mandi! Nanti gue siapin baju sama perlengkapan lo yang lain."

Rafa hanya mengangguk, entah mengerti atau tidak. Tangannya menerima handuk yang Bian berikan sebelum badannya benar-benar tertelan pintu kamar mandi.

Bian menggeleng, lalu mulai menyiapkan keperluan sekolah Rafa seperti ucapannya tadi. Dari mulai seragam baru yang tergantung di lemari, sepatu yang juga baru, lalu beberapa buku dan alat tulis yang sebelumnya tertata rapi di meja belajar anak itu.

"Jangan lama-lama Raf! Abis itu langsung turun buat sarapan yah?! Gue tunggu di bawah!" pesan Bian dengan sedikit berteriak pada Rafa, sebelum ia keluar dari kamar anak itu. Ia juga harus menyiapkan diri untuk pergi ke rumah sakit hari ini. Tentu setelah ia selesai mengurus Rafa dan mengantar anak itu ke sekolah dan ia titipkan pada Bayu.

Bian sadar, mulai hari ini rutinitas paginya akan sedikit berubah. Biasanya ia hanya akan membangunkan Rafa dan bergegas menyiapkan diri untuk pergi ke rumah sakit setelah sarapan. Beda dengan hari ini dan hari-hari seterusnya yang akan datang, akan ada Rafa yang harus ia urus dulu keperluan sekolahnya, sebelum dirinya bersiap.

---

Rafa membuka pintu mobil dengan semangat, tentu saja karena hari ini adalah pertama kalinya ia bisa bersekolah lagi. Namun sebelum kakinya keluar menapaki pelataran sekolah, cekalan Bian di tangannya membuatnya berhenti dan berbalik.

"Apasih?" tanya Rafa agak sewot.

"Inget, bekalnya dimakan. Jangan jajan sembarangan, jangan minum es. Gue tetep mantau lo lewat Bayu, jadi jangan nakal."

Rafa memutar bola matanya malas. Sebelum berangkat tadi Bian sudah membekalinya dengan banyak wejangan, dan barusan Bian malah mengulanginya. Hhah, mood Rafa hampir rusak hanya karena wejangan itu.

Just Here ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang