Awal Mula

15.4K 1.1K 59
                                        

Happy reading...

***

Malam semakin larut, udara pun semakin dingin, begitu juga jalanan yang kian sepi di jam sepuluh malam ini.

Terlihat di trotoar pinggir jalan ada seorang pelajar SMA yang bahkan masih mengenakan seragam putih abu miliknya. Dengan tertatih anak itu berjalan dengan berpegangan pada tembok di sampingnya. Semakin lama langkahnya semakin melambat dengan kesadaran yang juga kian menipis, yang sedari tadi ia coba pertahankan. Namun sia-sia, badannya roboh dan terjatuh ke aspal trotoar dengan kesadaraan yang telah benar-benar hilang.

---

Di sisi lain. Fabian, dokter berusia muda yang kerap di sapa dokter Bian ini mulai melajukan mobilnya, berniat untuk pulang setelah jam kerjanya selesai. Ia bekerja di salah satu rumah sakit besar di Kotanya.

Di perjalanan, ia memutar musik untuk memecahkan keheningan di dalam mobilnya. Sampai kemudian ia menghentikan mobilnya saat melihat ada keramaian di trotoar pinggir jalan yang ia lewati. Setelah mematikan radio mobilnya, ia turun dari mobilnya dengan rasa penasaran dan berjalan mendekati kerumunan tersebut.

"Permisi pak, ini ada apa ya?" tanyanya pada salah satu warga yang ikut berkumpul.

"Eh dokter Bian, itu dok ada pelajar yang pingsan, mukanya sudah sangat pucat. Tapi sayangnya, dari kita nggak ada yang tau dia itu siapa dan dari mana dok," jelas warga tadi yang sudah mengenal Bian. Tak heran, karena Bian seorang dokter yang cukup terkenal, apalagi di rumah sakit. Pembawaannya yang tenang, ramah dan juga baik, selain di usianya yang masih terbilang muda juga wajahnya yang tampan, tentunya.

"Ooh gitu ya pak, terimakasih informasinya." Bian berlalu dari hadapan warga tadi dan melangkah lebih dekat, ia juga menerobos kerumunan itu. Sebagai seorang Dokter tentu ia harus membantu.

"Maaf maaf. Permisi," ucapnya di antara kerumunan.

"Dokter Bian, kebetulan ada dokter. Tolong anak ini dok," ucap salah seorang dari mereka yang menyadari keberadaan Bian.

"Iya pak, iya.."

"Awas yang lain, tolong minggir dulu," lanjut orang tadi memberi ruang agar Bian bisa memeriksa anak itu.

"Pak, anak ini kondisinya lumayan gawat pak. Harus segera ditangani, sedangkan saya nggak bawa peralatannya. Boleh saya bawa anak ini ke mobil saya? Saya akan rawat anak ini di rumah saya, jarak rumah saya lebih dekat dari pada rumah sakit," ucap Bian setelah memeriksa anak itu.

"Oh bisa dok, silahkan."

Bian segera mengangkat anak itu dan membawanya ke dalam mobilnya. Tubuh anak itu ringan, tak terlalu sulit untuk membawanya.

"Makasih pak, mas," ucap Bian setelahnya.

"Iya dok, syukur ada dokter. Kami harap dokter bisa menyembuhkan anak itu, dan maaf merepotkan."

"Ah tidak merepotkan, itu sudah kewajiban saya," balas Bian.

"Baik, kalo begitu saya pamit permisi," lanjutnya seraya berpamitan.

"Iya dok, hati-hati."

Setelah memastikan anak itu dalam posisi aman di jok belakang, Bian mulai melajukan mobilnya kembali dengan agak cepat. Ia harus segera sampai di rumah, anak yang ia bawa itu harus segera ditangani.

---

Bian menghentikan mobilnya di depan gerbang rumahnya. Ia turun dan mendekati Mang Udin, satpam rumanya sejak empat tahun ini, yang sepertinya tertidur. Ia tersenyum saat mendapati Mang Udin yang memang benar tertidur.

Just Here ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang