Part 9

6.2K 644 42
                                    

Happy reading..

---

Siang harinya, Rafa baru terbangun. Begitupun dengan Bian yang nyatanya ikut tertidur saat bersantai di ruang televisi tadi.

Rafa terdiam mengamati kamarnya sejenak. Setelah menunaikan kewajibannya tadi, ia tak lantas beranjak dari kasurnya. Tak ada tujuan tertentu, ia hanya ingin berdiam diri saja. Merasakan tiap detak yang timbul dari organ di dalam dadanya.

Masih tak menyangka, ia bisa tinggal dengan orang yang nyatanya tak pernah ia kanali sebelumnya. Tapi ia bersyukur, Tuhan masih berbaik hati dengan mempertemukannya pada orang sebaik Bian.

Lamunannya lantas terhenti saat pintu kamarnya dibuka dari luar. Menampilkan sosok Bian yang datang dengan membawa nampan berisi mangkok bubur dan gelas berisi air serta obatnya.

"Lo udah bangun, ternyata. Udah sholat?" tanya Bian, ia mendudukkan dirinya di hadapan Rafa setelah menaruh nampannya di atas meja.

"Udah, barusan. Lo ngapain kesini?" balas Rafa.

"Ya nganter makanan lo, lah. Udah waktunya lo minum obat juga."

"Yaa, kan gue bisa keluar buat makan sendiri, nanti. Lo nggak perlu deh, nganter makan gini. Gue kan sehat, masih bisa jalan."

"Ya nggak papa, pengan aja gue bantu. Udah, cepet makan. Abis itu gue mau nanya-nanya ke lo."

"Apa nih?! Gue berasa mau diinterogasi."

"Mirip."

"Heh! Ogah ya, gue lo tanya-tanya gitu."

"Ck! Harus, pokoknya! Udah, lo makan aja dulu."

Rafa menurut, mulai menyuapkan sesendok demi sesendok bubur itu ke mulutnya.

Tak sampai habis, karena baru suapan ke tiga saja, Rafa kembali menyerahkan mangkok itu ke Bian lagi.

"Loh, udah?" tanya Bian heran.

"Iya, perut gue udah kenyang, masa. Enek kalo dipaksa, parah-parah bisa muntah."

"Ya ampun, Rafa. Baru tiga suap, loh, lo makan."

"Tau," jawab Rafa sebelum meminum air dalam gelas yang masih ia pegang. "Terus kenapa?" tanyanya kemudian.

"Tuh, kan. Ini yang mau gue tanyain. Pola makan lo makin nggak bener. Makan lo cuman dikit."

Bian menaruh kembali mangkok berisi bubur yang masih tersisa banyak itu ke atas nampan. Setelahnya ia kembali menatap Rafa.

"Ya terus? Wajar kan? Kalo udah kenyang, ya gue udahan. Apa yang aneh?"

Bian berdecak, "ini yang aneh, dan tentu ini salah. Tiga suap doang udah bikin lo kenyang? Pasti ada yang salah sama pencernaan lo, Raf."

"Heh?! Lo do'ain gue ada sakit, gitu?"

"Bukan gitu. Makanya ini mau gue pastiin dulu."

"Iya-iya deh, iya gue nurut."

"Gitu kek, dari tadi. Ini sejak kapan lo jadi makan dikit banget, gini?"

"Eung? Lupa."

"Lo ada makan sesuatu yang aneh-aneh, ya?"

"Lo nuduh?"

"Gue nanya. Jawab aja," ucap Bian.

"Nggak ada kok. Kayaknya, gue mulai makan dikit itu pas abis makan nasi goreng sama Mang Udin. Tapi baru aja tiga suap, perut gue serasa kembung sama begah gitu. Enek, lagi. Nyampe setelah beberapa menit pas Mang Udin kasih minum, gue malah makin enek dan berakhir muntah. Perut gue kram, mana sempet sesek juga," jelas Rafa.

Just Here ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang