Part 13

5.9K 669 114
                                    

Happy reading..



---

Hampir satu jam berlalu, dan Rafa masih terlelap di ruangan Dokter Andre. Sementara Dokter Andre sendiri juga keluar setengah jam lalu karena ada jadwal, meninggalkan Rafa sendiri di ruangannya.

Beberapa kali seorang perawat yang ditugaskan oleh Dokter Andre terlihat keluar masuk ruangannya untuk mengecek keadaan Rafa. Sampai kemudian, Bian kembali dari kewajibannya. Ia segera bergegas menuju ruangan Dokter Andre untuk menemui Rafa.

"Loh, masih molor ternyata," gumamnya saat melihat Rafa yang masih terlelap. Ia tadi sempat dikabari oleh Dokter Andre bahwa Rafa sedang tidur.

Bersamaan dengan itu, pintu ruangan kembali dibuka. Menampakkan Dokter Andre yang juga kembali dari tugasnya. Beliau segera mendekat dan menghampiri Bian dan Rafa.

"Dokter," sapa Bian saat mendapati Dokter Andre di sebelahnya.

"Dia belum bangun juga, ternyata. Atau malah pingsan ya?" gumam Dokter Andre.

"Saya kesini juga dia masih merem, dok," ucap Bian.

"Dari tadi saya nyuruh perawat buat sering-sering ngecek anak ini, karena saya tinggal visit, lah katanya belum bangun juga dari tadi. Ngantuk apa kecapean banget, kali ya Bi?" heran Dokter Andre.

"Iya kali, dok. Biasanya kalo dia tidur, kalopun lagi sakit ya nggak selama ini. Kadang malah sering bangun, lah ini kok pules banget. Saya juga heran, dok,"

"Ya sudah, biarkan saja."

"Oh iya dok, jadi gimana hasilnya?" tanya Bian yang teringat akan pemeriksaan Rafa.

"Kita duduk dulu."

Bian mengikuti Dokter Andre yang duduk di kursinya.

"Saya sebenarnya sudah ada diagnosis sementara, tapi selama belum dilakukan pemeriksaan menyeluruh, saya belum berani mengatakannya, Bi. Dan ini yang mau saya tanya dulu, Rafa mau dibawa pulang apa sekalian dirawat disini? Kalau dia dirawat, kemungkinan nanti siang atau sore sudah bisa dilakukan pemeriksaan, tergantung bagaimana kondisi Rafa nantinya. Tapi saya tidak memaksa, terserah kamu sebagai walinya," ucap Dokter Andre menjelaskan.

"Biasanya Rafa itu paling nggak suka rumah sakit, dok. Dia kayaknya ada trauma di rumah sakit, jadi setiap mau saya bawa ke rumah sakit pasti susah. Tapi sekarang saya jadi heran, itu kenapa dia bisa lelap banget, gitu? Dan karena dia lagi tidur, mungkin lebih baik sekalian dirawat saja, dok. Mumpung sudah ada disini, takutnya kalo besok malah susah lagi dibujuk," putus Bian.

"Ya sudah, nanti tinggal panggil perawat untuk menggantikan baju Rafa, sekalian pindah ke kamar rawat,"

"Iya dok. Tapi, kenapa perasaan saya jadi nggak enak ya dok?"

"Kenapa?"

"Nggak tau juga, kita lihat saja nanti, dok."

Beberapa menit mereka melanjutkan obrolan lagi. Sampai kemudian, datang dua orang perawat laki-laki yang sebelumnya dipanggil oleh Dokter Andre. Mereka dengan sigap namun terlihat hati-hati mulai menjalankan tugasnya. Mengganti pakaian Rafa dengan piyama khas rumah sakit itu. Piyama berwarna putih dengan corak bunga-bunga kecil berwarna hitam. Kembali seperti dulu, piyama itu terlihat kebesaran di badan Rafa.

Setelah selesai semuanya, dua perawat itu bergegas memindahkan Rafa ke salah satu VIP Room, sesuai perintah Dokter Andre. Diikuti Dokter Andre sendiri, dan Bian di samping beliau dengan menenteng pakaian dan jaket Rafa.

Hanya butuh beberapa menit, mereka telah sampai di kamar rawat Rafa. Mengingat kamar rawat itu ternyata dekat dengan ruangan Dokter Andre, yang nantinya akan memudahkan bagi Dokter Andre untuk selalu memantaunya.

Just Here ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang